SELAMAT HARI NATAL 2002
DAN
TAHUN BARU 2003
Makna natal tahun 2002 ini bagi saya secara pribadi sungguh membawa nilai yang berarti dan bersejarah dalam menapaki langkah hidup saya sebagai calon misionaris dalam Serikat Misionaris Xaverian. Peristiwa KELAHIRAN Juruselamat kita Sang Imanuel menjadi inspirasi bagi saya untuk merenungkan pengalaman saya di penghujung tahun 2002 ini. Kelahiran Yesus menempuh proses yang tidak mudah, banyak peristiwa yang kita ketahui dari Injil bagaimana Bunda Maria menerima kabar gembira dari malaikat Tuhan hingga mengandung bayi Yesus membutuhkan perjuangan iman yang cukup dahsyat. Jawaban YA Maria, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataan-Mu’, mengantar segala peristiwa selanjutnya dalam rahmat Allah yang tiada habisnya. Memang kesulitan dan penolakan terhadap kelahiran Yesus sudah tampak sebelum DIA lahir, dari mengungsinya Maria dan Yusuf ke Mesir, kesulitan mereka mencari tempat untuk berteduh hingga menemukan kandang Betlehem untuk bersalin, dikejar-kejarnya bayi Yesus oleh Raja Herodes untuk dibunuh karena menjadi saingan bagi kekuasaannya di dunia ini. Sampai akhirnya Yesus bertumbuh besar dalam keluarga kudus di Nasaret dalam asuhan Maria dan Yusuf serta BAPA-NYA di surga senantiasa membimbing-NYA. Sukacita kelahiran ini membawa KESELAMATAN bagi dunia yang ternodai dosa, hingga sampai puncak PENEBUSAN di kayu salib oleh bayi tak berdosa yang nantinya menjadi NABI-IMAM-RAJA bagi seluruh umat manusia. Misteri Agung ini sungguh indah untuk kuolah dalam pengalaman hidup saya.
Kedatangan saya di Amerika Serikat pada tanggal 12 November 2002 ini saya ibaratkan sebagai KELAHIRAN diri saya sebagai calon misionaris, setelah menempuh proses yang tidak mudah pula seperti Yesus. Bagi Conforti pendiri SX lain, beliau memandang bahwa keberangkatan misionaris ke tanah misi sebagai peristiwa Paskah. Setelah saya dikandung oleh Serikat Xaverian selama 6 tahun (1996-2002), masa formasi saya sebagai misionaris Xaverian di Jakarta, siaplah saya dilahirkan di dunia yang baru yaitu USA ini. Bunda saya yang tercinta yaitu Serikat Xaverian di Indonesia telah merawat, mengasuh, menghidupi dan membesarkan saya di rahimnya yang penuh kehangatan. Bagi saya keberangkatan ke luar negeri adalah kelahiran bagi saya sebagai misionaris (yang sudah dimulai sejak menjadi frater tingkat teologi). Kelahiran ini butuh proses berliku dan penuh ujian dalam penantian yang memerlukan kekuatan rahmat Allah. Dari peristiwa gembira bahwa saya ditentukan untuk pergi belajar teologi di USA saja sudah membawa perasaan tidak enak di hati orang lain, hingga kesulitan visa ke Amerika hingga memakan waktu hampir 4 bulan, itu pun harus kembali sampai 7 kali ke kedutaan besar USA di Jakarta, dan pernah ditolak sekali. Juga peristiwa keberangkatan saya yang harus sendiri tanpa teman saya Frater Utomo karena ia mendapat penugasan baru di Italia, hilangnya surat I-20 saya di Roma, merupakan misteri yang sudah terjadi dan membawa makna serta pesan yang sungguh sangat indah dalam doa dan refleksi. Kini umurku baru sekitar sebulan semenjak kelahiranku (baca : kedatanganku di USA) 12 November lalu. Aku masih senantiasa diasuh oleh bundaku tercinta Serikat Xaverian di komunitas Franklin-Wisconsin ini, bagaikan Nasaret tempat Yesus dibesarkan, demikian pula aku tinggal di sini belajar bagaimana berbicara cara Inggris-Amerika, dan belajar bagaimana hidup dan menghidupi panggilan yang sudah ditumbuhkembangkan di Indonesia (rahim) sebelum aku lahir. Perjuanganku belum berhenti, masih butuh proses yang tiada henti. Memang imamat misioner menjadi target bagi bayi yang kini sudah mulai belajar mendengar dan menirukan orang berbicara, namun hidup saya pasti masih penuh variasi dan lika-liku. Namun aku percaya bahwa “pengalaman mencintai dan dicintai sebagai manusia beriman, memberi makna yang tertinggi dalam hidup saya”.
Akhirnya saya mengucapkan selamat natal dan tahun baru, terima kasih bagi semua sama saudara yang sudah membantu kelahiran saya ini, baik secara langsung maupun melalui dukungan moril dan doa-doanya. Saya mengucapkan berlimpah terima kasih pula kepada semua orang yang juga tidak setuju atau menolak kelahiran saya di tanah terjanji ini, saya mohon maaf dan semoga Anda tetap bersahabat dengan saya, dan saya senantiasa bahagia berdoa bagi Anda sekalian.
GOD BLESS US ALL
Teriring salam : tawa. tangis, kangen, rengekan, rintihan, kerinduan dari BAYI yang masih menyusu ini,
Frater Alexander Denny Wahyudi, sx
DAN
TAHUN BARU 2003
Makna natal tahun 2002 ini bagi saya secara pribadi sungguh membawa nilai yang berarti dan bersejarah dalam menapaki langkah hidup saya sebagai calon misionaris dalam Serikat Misionaris Xaverian. Peristiwa KELAHIRAN Juruselamat kita Sang Imanuel menjadi inspirasi bagi saya untuk merenungkan pengalaman saya di penghujung tahun 2002 ini. Kelahiran Yesus menempuh proses yang tidak mudah, banyak peristiwa yang kita ketahui dari Injil bagaimana Bunda Maria menerima kabar gembira dari malaikat Tuhan hingga mengandung bayi Yesus membutuhkan perjuangan iman yang cukup dahsyat. Jawaban YA Maria, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataan-Mu’, mengantar segala peristiwa selanjutnya dalam rahmat Allah yang tiada habisnya. Memang kesulitan dan penolakan terhadap kelahiran Yesus sudah tampak sebelum DIA lahir, dari mengungsinya Maria dan Yusuf ke Mesir, kesulitan mereka mencari tempat untuk berteduh hingga menemukan kandang Betlehem untuk bersalin, dikejar-kejarnya bayi Yesus oleh Raja Herodes untuk dibunuh karena menjadi saingan bagi kekuasaannya di dunia ini. Sampai akhirnya Yesus bertumbuh besar dalam keluarga kudus di Nasaret dalam asuhan Maria dan Yusuf serta BAPA-NYA di surga senantiasa membimbing-NYA. Sukacita kelahiran ini membawa KESELAMATAN bagi dunia yang ternodai dosa, hingga sampai puncak PENEBUSAN di kayu salib oleh bayi tak berdosa yang nantinya menjadi NABI-IMAM-RAJA bagi seluruh umat manusia. Misteri Agung ini sungguh indah untuk kuolah dalam pengalaman hidup saya.
Kedatangan saya di Amerika Serikat pada tanggal 12 November 2002 ini saya ibaratkan sebagai KELAHIRAN diri saya sebagai calon misionaris, setelah menempuh proses yang tidak mudah pula seperti Yesus. Bagi Conforti pendiri SX lain, beliau memandang bahwa keberangkatan misionaris ke tanah misi sebagai peristiwa Paskah. Setelah saya dikandung oleh Serikat Xaverian selama 6 tahun (1996-2002), masa formasi saya sebagai misionaris Xaverian di Jakarta, siaplah saya dilahirkan di dunia yang baru yaitu USA ini. Bunda saya yang tercinta yaitu Serikat Xaverian di Indonesia telah merawat, mengasuh, menghidupi dan membesarkan saya di rahimnya yang penuh kehangatan. Bagi saya keberangkatan ke luar negeri adalah kelahiran bagi saya sebagai misionaris (yang sudah dimulai sejak menjadi frater tingkat teologi). Kelahiran ini butuh proses berliku dan penuh ujian dalam penantian yang memerlukan kekuatan rahmat Allah. Dari peristiwa gembira bahwa saya ditentukan untuk pergi belajar teologi di USA saja sudah membawa perasaan tidak enak di hati orang lain, hingga kesulitan visa ke Amerika hingga memakan waktu hampir 4 bulan, itu pun harus kembali sampai 7 kali ke kedutaan besar USA di Jakarta, dan pernah ditolak sekali. Juga peristiwa keberangkatan saya yang harus sendiri tanpa teman saya Frater Utomo karena ia mendapat penugasan baru di Italia, hilangnya surat I-20 saya di Roma, merupakan misteri yang sudah terjadi dan membawa makna serta pesan yang sungguh sangat indah dalam doa dan refleksi. Kini umurku baru sekitar sebulan semenjak kelahiranku (baca : kedatanganku di USA) 12 November lalu. Aku masih senantiasa diasuh oleh bundaku tercinta Serikat Xaverian di komunitas Franklin-Wisconsin ini, bagaikan Nasaret tempat Yesus dibesarkan, demikian pula aku tinggal di sini belajar bagaimana berbicara cara Inggris-Amerika, dan belajar bagaimana hidup dan menghidupi panggilan yang sudah ditumbuhkembangkan di Indonesia (rahim) sebelum aku lahir. Perjuanganku belum berhenti, masih butuh proses yang tiada henti. Memang imamat misioner menjadi target bagi bayi yang kini sudah mulai belajar mendengar dan menirukan orang berbicara, namun hidup saya pasti masih penuh variasi dan lika-liku. Namun aku percaya bahwa “pengalaman mencintai dan dicintai sebagai manusia beriman, memberi makna yang tertinggi dalam hidup saya”.
Akhirnya saya mengucapkan selamat natal dan tahun baru, terima kasih bagi semua sama saudara yang sudah membantu kelahiran saya ini, baik secara langsung maupun melalui dukungan moril dan doa-doanya. Saya mengucapkan berlimpah terima kasih pula kepada semua orang yang juga tidak setuju atau menolak kelahiran saya di tanah terjanji ini, saya mohon maaf dan semoga Anda tetap bersahabat dengan saya, dan saya senantiasa bahagia berdoa bagi Anda sekalian.
GOD BLESS US ALL
Teriring salam : tawa. tangis, kangen, rengekan, rintihan, kerinduan dari BAYI yang masih menyusu ini,
Frater Alexander Denny Wahyudi, sx
No comments:
Post a Comment