Friday, June 03, 2005

MARET 2003


SURAT BULAN MARET 2003

1. Hari Minggu Biasa VIII, 02 Maret 2003
Pagi hari ini sama seperti hari Minggu lalu, saya ikut misa pagi bersama Pastor Larry di Gereja St.Charles Borromeo pukul 7. Cuaca hari ini mendung dan turun salju sedikit-sedikit….pagi ini pukul 8.49, suhu udara minus 8 derajat Celsius atau 18 derajat Fahrenheit…memang terasa dingin juga meskipun dalam ruangan ini. FAMILY itu singkatan dari apa, tahu nggak ? Jawabnya : FATHER AND MOTHER I LOVE YOU.
Hari Selasa, 25 Feb lalu ada lecture (semacam ceramah) di SHST dengan tema Karisma Imamat dikaitkan dengan Leo Dehon pendiri SCJ, yang diberikan oleh seorang pastor SCJ….diadakan pukul 7 malam dan dihadiri oleh sebagian besar para seminaris, dosen dan karyawan SHST. Saya juga hadir meskipun harus berjuang untuk mengerti, karena kosa katanya sekitar teologi dan dokumen konsili Vatikan II. Selain itu saya juga baca-baca bulletin ttg panggilan menjadi pastor sebagai ‘second carrier’. Rupanya di USA ini menjadi pastor setelah berumur 40-60 bahkan 70 tahun menjadi hal yang umum dan biasa. Yang saya baca dari bulletin-buletin itu adalah: ada yang sudah duda alias isterinya meninggal dunia dan punya 2 anak puteri yang sudah berkeluarga, lalu si ayah yang berumu sekitar 53 tahun itu yang sebelumnya sudah jadi diakon tertahbis, lalu akhirnya menjadi imam…yang berkarya di sebuah paroki. Ada juga seorang ayah yang pisah dengan isterinya dan punya anak, lalu status perkawinan Katoliknya di-“anulasi’ oleh Gereja Katolik, jadi si ayah ini bisa menjadi seorang pastor. Ada juga yang sudah berumur hampir 70 tahun masih bisa jadi seminaris dan menjadi imam. Di SHST tempat aku sekolah sekarang ini memang khusus sekolah teologi untuk para calon imam (seminaris) yang berusia 30-60-an tahun, mereka kebanyakan sudah berkarya dulu di berbagai latar belakang profesi mereka. Dalam cerita, mereka pertama melamar ke suatu keuskupan tapi tidak diterima, namun keuskupan lain di USA ini bersedia menerima mereka jadi imam meksipun sudah lanjut usia…Menurut James Brackin,scj rector SHST ini, panggilan menjadi imam di kala usia sudah matang seperti ini tetap ada segi positifnya, diantaranya : usia yang sudah matang dan tidak coba-coba seperti seminaris muda, latar belakang kehidupan dan karya sebelumnya turut membantu dalam karya pastoral mereka, lebih sabar dan mudah memahami permasalahan, meskipun kadang mereka harus berjuang dalam hal studi…segi negatifnya barangkali yah mereka sudah terbentuk di luar maka perlu kerendahan hati untuk diformat oleh pembina mereka, dan ini perlu karya Roh Kudus yang mengubah mereka hari demi hari…bayangin aja mereka yang baru masuk itu baru belajar bagaimana cara berdoa brevir, dst…
Hari Rabu, 26 Feb kami libur sekolah karena masih dilanjutkan lecture, dan saya tidak ikut lagi. Tapi saya dan kedua teman saya pergi misa bersama Pastor Alfredo di SD St. Charles yang gedungnya sama dengan gedung gereja St.Charles tempat saya misa pagi ini. SD di USA ini dari kelas 1 hingga 8. Jadi yang ikut misa itu dari anak berumur sekitar 6 atau 7 tahun hingga15 tahun. Yang menarik bagi saya dalam misa anak-anak ini: keterlibatan mereka dalam liturgy ekaristi, seperti yang baca KS, yang membuat sebuah papan dengan cerita KS “Yesus yang meredakan angin topan, dan berjalan di atas air”…papan yang dihiasi kapal-kapalan…, juga dari anak-anak menjadi pembagi anggur darah Kristus waktu komuni…sungguh nampak mustahil di Indonesia. Pastor Alfredo berkhotbahnya dengan model dialog dan berdiri di hadapan anak-anak, serta memberi sedikit permainan bermakna…dan itulah cara untuk anak-anak supaya mereka tertarik.
Tanggal 27 Feb ada rekoleksi pendek di komunitas kami (Franklin), dimulai pukul 3 sore dibawakan oleh Pastor Dominic, dengan tema: to be evangelizer here and now, in gratuity (1 Kor 9:16-23), dalam refleksi saya : panggilan saya menjadi SX ini suatu panggilan yang penuh rahmat dan gratis…memang rahmat yang bagi saya begitu besar, apalagi bisa tinggal di komunitas SX di USA ini, maka saya pun dituntut untuk menjadi pewarta sejak sekarang dan di sini, bukan menunggu nanti ketika jadi misionaris atau pastor, (hic et nunc), dan karena saya telah mendapatkannya dengan cuma-cuma, mkaa saya pun rela untuk memberi dengan sepehuh hati…dilanjutkan dengan adorasi (Holy Hour) selama sejam pukul 5 hingga 6 sore, di kapel.
Hari Jumat, 28 February adalah hari bahagia karena ada acara ‘follies’ (semacam pertunjukan atau show dari oleh dan untuk para student di SHST, biasanya show yang lucu dan menarik). Kami dari ESL-Program menampilkan tarian orang pendek dengan topi besar … yang cukup mendapat sambutan meriah dari pemirsa…acara dimulai pukul 7 malam, setelah menarikan tari orang pendek itu, saya juga ambil bagian lagi dalam tari Dragon dance atau barongsai ala Vietnam. Saya mendapat tugas dengan 2 cara : menaikkan kedua kaki Jose teman saya yang memainkan kepala naga di atas kedua paha saya, dan kedua memanggul Jose di kedua pundak saya…sehingga naga yang ditarikan tampak tinggi di atas panggung…dan para pemirsa pun cukup senang dan takjub menonton kebolehan kami. Sebenarnya kami hanya dilatih sekali saja kira-kira 2 minggu lalu oleh seorang pemain dragon beneran seorang Vietnam, tapi setelah itu kami berlatih sendiri, sedapat mungkin, dan akhirnya bisa….meskipun di latihan pertama di aula Gereja St.Anthony dekat Susteran St.Dominikan Vietnamese itu membuat otot paha saya sakit selama 5 hari, dan sulit untuk berjalan. (Dalam surat selanjutnya saya akan kirimkan hasil foto-fotonya…so pasti). O, iya selesai menari…saya kehausan dan yang disediakan di meja minuman anggur..dan saya minum agak banyak….sampai lupa kalau itu anggur…hingga membuat kepalaku sedikit pusing…tapi tidak sampai parah…wah baru sekali ini saya merasakan yang namanya mabuk anggur, karena memang belum pernah sebelumnya mabuk oleh minuman…untuk menetralisirnya kata temanku yah makan makanan yang banyak garamnya seperti pop corn dan kacang…dan duduk istirahat, akhirnya pusingnya hilang…
Peraturan baru keimigrasian di USA ini mewajibkan semua laki-laki berusia 16-45 tahun warga negara Indonesia melaporkan diri ke kantor INS setempat dari 25 Februari hingga batas akhir 25 April…karena saya sudah melakukannya dua kali yaitu ketika di bandara O’Hare Chicago ketika pertama kali datang (12 November) dan setelah 30 hari yaitu 13 Desember 2002, maka saya tidak perlu lagi datang ke INS, menunggu nanti 12 November 2003 (dengan toleransi waktu 10 hari sesudah dan sebelum tanggal kedatangn saya itu 12 Nov…dan tiap tahun sama harus melakukan registrasi-sedikit interview, sidik jari dan foto wajah di komputer datasbese mereka). Paling tidak ini informasi dan jawaban yang saya terima dari Romo Astanto,cm yang berkarya di Philadelphia menangani para imigran (khususnya orang Indonesia).
Siang hari nanti akan datang kembali ke komunitas kami Pastor General SX Father Rino Benzoni dan pastor propinsial kami Father Ivan, mereka dari Chicago setelah seminggu berkunjung di komunitas teologi SX di Chicago, akan tinggal di sini hingga hari Selasa, dan pasti kami masing-masing akan wawancara dengan pater general…Di dalam attachment saya lampirkan 7 rahasia belajar English…yang saya dapat dari internet…semoga bermanfaat. Sekian dulu surat pertama saya di bulan Maret 2003 ini, saya mengucapkan kepada para saudara yang menganut agama Katolik : selamat menjalani masa puasa yang diawali dengan Rabu Abu, 5 Maret 2003 ini…seraya berdoa bagi perdamaian dunia khususnya di Irak…semoga ketegangan mereda dan tidak terjadi perang, seperti meredanya hujan salju di pagi hari ini…
Salam dan doa saya selalu :
Frater Denny Wahyudi,sx

2. Minggu Pra-Paskah I, 09 Maret 2003
Memasuki masa Pra-Paskah tahun ini banyak peristiwa penting selama seminggu ini yang perlu saya renungkan dan kembangkan terus-menerus. Berita gembira untuk saya bahwa darah yang saya donorkan 20 Februari lalu ternyata layak disumbangkan dan saya mendapat kartu donor dari Blood Centre dengan golongan darah O positif (resus), dan berita gembira lain kami ke sekolah sudah tidak perlu diantar-jemput oleh pastor lagi, karena kedua teman kami Chuy dan Mario sudah mendapatkan SIM mobil, jadi kami tiap hari naik mobil sedan Chevrolet keluaran tahun 1991 berwarna kuning sangat muda. Kedua teman kami hanya test sekali langsung lulus, karena memang mereka sudah biasa nyopir mobil. Hal lain: saya selama 3 minggu terakhir ini sudah mulai berusaha untuk menjaga kondisi badan dengan cara jogging selama 30-35 menit setelah makan malam, soalnya di basement rumah ini punya alat/mesin untuk jalan kaki dan bisa mengukur kecepatan, kalori, waktu, dst…biasanya sekitar 30 menit dengan kecepatan 3.3 Mil perjam membakar 150-an kalori. Lumayan bagi saya karena bisa mengeluarkan keringat dan tentunya demi kesahatan pula mengingat perut saya juga sudah mulai gendut. Setelah jogging biasanya bisa minum air putih banyak dan ini menambah kesehatan dan kelancaran metabolisme tubuh. Kabar gembira lain: Romo Sunardi,scj yang dulu pernah saya ceritakan ternyata sudah dapat perpanjangan visa studi di USA ini hingga tahun 2004 dan kalau habis bisa perpanjang lagi.
Senin siang saya sudah menyempatkan diri untuk ‘colloquium’ (wawancara) dengan Pastor Rino Benzoni,sx (Superior General), intinya dia senang dan mendukung saya untuk terus menggunakan waktu hingga bulan September untuk tinggal di Franklin belajar English sebaik mungkin. Sekitar 2 minggu lagi baru diberitahukan apakah kami akan lanjut teologi ke Chicago atau di sini…saya tunggu saja….dan dia akhir bulan Maret ini akan berkunjung ke Indonesia dan dia pasti akan menyampaikan salam saya untuk sesama konfrater sx di tanah air tercinta. O iya dia berkomunikasi dengan saya pakai English, dan sedapat mungkin saya menyesuaikan diri apa adanya, dan dia bertanya juga tentang para frater seangkatan saya yang sedang praktek pastoral di Indonesia, dan aku bilang mereka juga sedikit-sedikit bisa berkomunikasi dengan English seperti saya (kurang lebihnya). Hari Selasa siang P.Rino dan P.Ivan meninggalkan Franklin menuju ke Provincial house di Wayne-New Jersey, dan tgl 9 Maret P.Rino kembali ke Roma. Selain itu saya juga sudah wawancara dengan rector rumah ini yaitu Pastor Alfredo selama satu seperempat jam hari Jumat malam lalu.
Hari Selasa 4 Maret ada novena yaitu Novena of Grace St. Francis Xavier di sini yang diadakan setiap hari, namun memang tidak banyak umat, biasanya hanya kita saja yang berdoa untuk ujud-ujud para donatur juga. Hari itu juga malam hari saya ikut main volley ball bersama teman saya Mario di SHST, biasanya memang tiap Selasa. Di SHST punya gymnasium atau lapangan tertutup yang cukup luas, dan kami masing-masing bisa memakai sewaktu-waktu karena kami punya kunci (master key) untuk pintu-pintu SHST. sekolah kami. Soal biaya kuliah di sini termasuk cukup mahal, kuliah English selama 14 minggu dalam semester ini tiap orang harus membayar US$ 5050 sudah termasuk makan siang di SHST. Bayangin aje berapa rupiah itu…
Hari Rabu 5 Maret adalah Rabu abu, saya merayakan di rumah saja dengan misa pagi dan hari itu juga hari libur tidak ada sekolah di SHST, maka kami di rumah renungan pribadi, meskipun sebenarnya ada rekoleksi di SHST.
Hari Kamis, 6 Maret acara field trip, maka kami ikut acara bowling tidak jauh dari sekolah kami. Ini program kuliah English kami, dan baru pertama kali saya tahu bagaimana bermain bowling….memang sulit dan kadang gampang, karena kadang bisa menjatuhkan pins semua tapi kadang tidak sama sekali, dan kadang bola bowlingnya malah jatuh ke belakang saya. Selesai bowling jempol tangan saya agak luka karena bola bowlingnya cukup berat juga…dan esoknya tangan saya agak sakit. Main bowling pertama kali ini juga membuat saya terjatuh-jatuh saat memainkannya, mungkin karena saya tidak pakai teknik yang benar….yah untuk pengalaman saja bagi saya….cukuplah.
Hari Sabtu, 8 Maret pagi seperti biasa seminggu sekali saya mencuci pakaian (laundry) di basement, misa jam 8 pagi dan sarapan dilanjutkan pukul 9 meeting bersama P.Alfredo membahas hidup komunitas dan juga RMX (Ratio Missionaris Xaveriana) ttg hidup berkomunitas juga. Pukul 10.15 dilanjutkan seperti biasa opera/kerja bakti : saya biasa membersihkan kapel dengan vacuum cleaner dan juga ruang komputer, lalu membantu cuci mobil di garasi bersama P.Alfredo, Chuy, dan Mario.
Hari-hari ini sering turun hujan salju di sini, maka kami juga membantu untuk ‘shoveling’ men-sekop atau membersihkan salju di halaman di udara yang dingin….
Hari Minggu pagi ini cuaca cerah dan sinar mentari pagi menyinari tanah Franklin dan sekitarnya. Jam 7.40 saya mau ikut Father Dominic untuk misa di gereja St.John Nepow (Polish church=banyak umatnya keturunan Polandia). Jaraknya sekitar 18 mil atau sekitar 30 menit dari sini. Misa pukul 8.30 dan 10.00, maka saya siap menunggu agak lama….sambil membawa bahan buku bacaan biar nggak bengong seperti sapi ompong. Memang saya senang ikut misa di pagi hari dan juga gereja yang belum pernah saya kunjungi, setidaknya menambah pengalaman dan pengetahuan saya akan gereja-gereja di seputar Keuskupan Milwaukee ini.
Sekian berita mingguan kedua saya bulan Maret 2003 ini sembari memasuki masa Pra-paskah menuju pertobatan sejati…..
Salam dan doa saya :
Frater Denny Wahyudi,sx


3. Hari Minggu Pra-Paskah II, 16 Maret 2003
I have sentences that I impressed and memorized: “The me I see is the me I’ll be. If I never see it, I’ll never be it. Until I believe it, I will never achieve it”. (Proverb 29:18 = When people have no vision, they will perish…)…Refleksiku : apa yang aku cita-citakan saat ini dan aku perjuangkan dengan penuh kesadaran dan iman kepada-Nya akan menuai hasil pada saatnya…maka saya berani berangan-angan, bercita-cita, bermimpi, dan menghitung hari-hariku…bila aku tidak memiliki ini (iman, optimisme, cita-cita) aku hidup tanpa gairah dan pudar di tengah jalan…maka dengan vision yang jelas dimana aku berada saat ini, dan apa yang aku kejar di masa depan, aku berani melangkah dengan penuh semangat…bila aku jatuh, aku ingat kalimat ini dan berusaha untuk bangkit lagi, karena aku percaya pada apa yang aku sudah kerjakan hingga saat ini.
Hari Minggu lalu aku ikut misa pagi bersama Pastor Dominic di gereja St. John Nepomuk di Racine, sekitar 30 menit dari Franklin. Gereja ini tidak terlalu besar tapi termasuk gereja tua yang dibangun sekitar 1903. Umatnya kebanyakan keturunan Polandia. Gereja ini tidak memiliki pastor yang tinggal di pastoran, karena mungkin keuskupan Milwaukee ini kekurangan imam, maka yang menjaga dan merawat pastorannya seorang ibu yang juga ketua dewan parokinya barangkali…saya berkesan dengan gaya P.Dominic yang berkhotbah di hadapan umat dan tidak di mimbar…dia dengan antusias berkhotbah dan sesekali bertanya kepada umat…tanpa teks…saya dengar darinya bahwa gaya dia berkhotbah memang demikian, apa yang berkesan dan menyentuh secara mendalam di hatinya dan sesuai pengalaman imannya, itu yang ia sampaikan … wah ini contoh yang baik pikirku…karena selama ini apa yang aku siapkan untuk khotbah tidak muncul dari hati dan pengalamanku…hanya dari tafsiran belaka…maka saya pun tidak berani untuk lepas dari teks..Katanya : memang gaya pastor berkhotbah itu lain-lain dan tidak bisa disamakan, dan tidak bisa dinilai bahwa yang lepas teks itu lebih baik…bukan demikian…kembali kepada style dan talenta masing-masing…
Hari Selasa 11 Maret adalah happy birthday-nya rector kami di Franklin yaitu Pastor Alfredo Turco yang ke-40. Hari ini pula saya menerima laporan hasil evaluasi 3 pastor sx (tim) berkenaan ttg Teologi di Chicago, kesimpulan tim: Teologi di Chicago (CTU) masih dipertahankan untuk masa mendatang, dan lebih baik daripada di SHST-Franklin….tapi kami di sini menunggu keputusan dari Direksi General untuk hal ini…di hari-hari mendatang mungkin kami akan tahu….
Hari Rabu 12 Maret kami meliburkan diri dari kuliah English di SHST, karena kami sekomunitas semua menghadiri pertunjukan sebuah teater di Fort Atkinson, yaitu yang bernama Fireside, dengan judul “Hallo Dolly”…sekitar satu jam perjalanan dari Franklin. Kami tiba pukul 11.00 lalu makan siang dulu ala Amerika dengan salad-steak-dst…Lalu kami menonton pertunjukan teater ini…selama 2,5 jam … sungguh pertunjukan yang menarik dengan tarian, nyanyian, cerita, lelucon … selama ini aku tahu hal semacam ini hanya di TV atau di cerita saja…kini aku saksikan bagaimana live theater sesungguhnya…Meskipun aku tidak tahu 100 persen kata-kata yang diucapkan, setidaknya kemampuanku memahami dan mendengarkan sudah lebih baik dibandingkan bulan-bulan pertama aku di sini….Malam hari di rumah Franklin ini hadir banyak umat perkumpulan doa Senakel…Entah suatu kebetulan atau memang sudah harus demikian…tepat hari ini 12 Maret adalah ulang bulan ku yang ke-4…sejak 12 Nov tahun lalu kedatanganku…maka sungguh hadiah dan momentum yang menggembirakan ku dengan menonton theater di Fireside…Thanks God for your kindness….
Kamis, 13 Maret adalah hari terakhir kami sekolah English sebelum libur selama 10 hari untuk Spring Break…dan baru masuk lagi 24 Maret. Hari terakhir ini di pagi hari aku memberikan presentasi ttg khotbah atau homili yang aku buat minggu lalu, dan aku bawakan hari ini, seperti biasa di rekam dengan kaset video … sebenarnya ketiga temanku lain harus tampil juga, tapi karena mereka belum siap, jadi aku sendirian yang tampil…OK-lah karena aku sudah siap …maka aku tampil…hasilnya yah lumayanlah…bisa dilihat di attachment… dengan judul : “The cross of Jesus Christ is not the problem, it’s a solution”…yang menarik di sini aku pakai coin untuk menjelaskan definisi iman dari Ibrani 11:1 (Faith is the assurance of things hoped for and the conviction of things not seen = Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat), dan untuk mengambil makna salib, saya pakai jurus saya permainan tali dengan makna salib yang sudah biasa saya pakai kalau beranimasi di SD atau lingkungan waktu di Jakarta….setidaknya menjadi kenangan buat saya di kaset video….
Hari Kamis ini pula di SHST ada pesta HUT berdirinya SCJ ke-125, maka kami hadir misa pukul 16.30 dilanjutkan makan malam ala France (taplak meja, bendera kecil di meja semuanya bercorak 3 warna : warna bendera Perancis merah-putih-biru sesuai dengan warna negara pendiri SCJ Leo Dehon). Saya heran, karena di USA ini lagi marak-maraknya perubahan nama makanan French fries menjadi freedom fries, karena negara ini menganggap Perancis tidak mendukung usaha USA untuk berperang melawan Irak-Sadam Husein, e malah pesta di SHST ini semuanya serba warna bendera Perancis…Itulah segi positifnya ajaran Katolik tidak membedakan atau mendiskriminasikan sesuatu yang minoritas…juga tidak ikut arus ulah pemerintah yang konyol dan lucu (ludicrous) ini…aku dengar di radio ttg topik pem-boycott-an ini cukup menarik…intinya banyak masyarakat yang menganggap ini hal konyol dan stupid yang dilakukan pemerintah USA terhadap apa pun yang berbau Perancis di negeri ini…nampaknya negara maju dan super tapi masih primitif dan fundamental tidak beda dengan Kaum fundamentalistik yang me-sweeping orang-orang atau apa pun yang berbau Amerika di Indonesia….pikirku.
Jumat malam datang Pastor Rocco dan Pastor Adolph Menendes, keduanya sx…menginap di rumah ini. Adolph adalah asli USA ini (New York) yang lama berkarya di Mexico sekitar 23 tahun dan sebelumnya 7 tahun di Jepang…katanya ia harus berusaha menyesuaikan lagi bahasa Inggrisnya karena sudah terlalu lama di Mexico dengan bahasa Spanyol….padahal ia aslinya sini…itulah transisi…yang selalu menjadi PR bagi misionaris. Kalau Pastor Rocco (rector teologi sx di Chicago) datang ke sini untuk memberi session ttg tema Transisi yang diberikan di hari Sabtu paginya…menarik karena membuat kita sadar akan perubahan yang sedang terjadi di sini…terutama kami yang sudah menjalani hidup selama 4 bulan buat saya, dan 6,5 bulan buat kedua teman Mexico saya…diawali dengan bacaan KS dari Kejadian I, dan lagu, lalu diberikan penjelasan ttg bacaan dan isi session…intinya bahwa dalam menjalani setiap transisi kita harus siap untuk hal-hal di luar kemampuan kita, dan harus dengan sabar mengambil waktu untuk menyesuaikan diri…yang menarik bagiku : “If one doesn’t say goodbye, one cannot say hello”, artinya kita harus berani meniggalkan kemapanan kita masa lalu dan hidup di masa sekarang…hal lain yang menarik saya : siklus = sensing-thinking-feeling-intending-acting-sensing. Artinya kita harus sadar akan hal-hal lahiriah yang kita alami saat perubahan atau situasi baru terjadi dalam hidup kita…dan berusaha jangan sampai hal-hal ini membuat kita patah semangat dan mundur dari usaha dan cita-cita kita semula..dicontohkan : seorang seminaris yang baru 2 bulan di sini mengalami sakit padahal sebelumnya dia tidak pernah sakit apalagi dia seorang pemain bola basket terkenal…ia mengalami transisi dan krisis..sensing dan berpikir bahwa di seminari sx ini bukan panggilannya…maka ia berpikir, merasa, dan bermaksud untuk keluar dari seminari….oleh pembina dia disarankan untuk mengambil waktu 4 bulan lagi berpikir sambil melihat sejauh mana dia menjalani panggilan ini…karena di saat krisis orang tidak bijaksana kalau memutuskan sesuatu dengan begitu cepat dan mendadak…ditanya bahwa dia butuh waktu 6 bulan untuk masuk seminari…maka butuh pula setidaknya 4 bulan lagi untuk berpikir kembali….maka transisi butuh waktu untuk mengendapkan dalam diri…dan baru kita lihat…Intinya : krisis bisa membuat kita jatuh dan hancur, bisa pula saat buat kita untuk berefleksi dan bangkit di hari-hari mendatang….Refleksi saya pribadi : saya merasakan dan berpikir bahwa sejak dalam keluarga sendiri saya sudah sering pindah rumah, di Madiun saja saya hitung ada 6 rumah yang pernah menjadi tempat tinggal saya, belum termasuk 2 kali pindah ke Solo…kuhitung sekitar 10 kali saya pindah rumah …. Wah sungguh ini membuat kesadaran saya akan ‘transition’ yang butuh waktu untuk pengendapan segala sesuatu yang baru…maka saya di sini dengan segala hal yang baru tidak terlalu banyak membuat saya frustrasi…karena memang saya sudah terbiasa pindah rumah….karena kata Rocco kita punya ‘tempat aman’ yang kalau diganggu gugat oleh orang lain, kita bisa bereaksi keras…tempat aman ini bisa berbentuk fisik suatu tempat atau sesuatu yang berwujud bukan benda….mungkin di bidang physchology membahas hal semacam ini. Secara pribadi saya di Franklin ini sudah merasakan ‘at home’ setidaknya dalam hal makan saya tidak terlalu repot, karena bisa makan apa saja yang disediakan, dan secara bertahap menyesuaikan ritme kehidupan termasuk bahasa yang menjadi PR utama tahun pertama ini. Maka, saya kembali sadar akan awal Desember tahun lalu saya mengalami sakit…memang rasanya cukup lain bila saya sakit di Cempaka Putih..maka itu adalah saat transisi saya…dan saya bisa bersyukur…bisa mengalami sakit meskipun hanya masuk angin dan selanjutnya bisa kembali bersemangat lagi dalam hari-hari awal ku di sini….
Rencananya besok kami akan ikut misa pagi 9.30 bersama P.Rocco dan P.Adolph di gereja katedral Milwaukee….
Terima kasih atas perhatiannya….
Salam dan doa saya di hari Minggu Pra-paskah II ini :
Frater Denny Wahyudi,sx


Lampiran
THE CROSS OF JESUS CHRIST IS NOT THE PROBLEM, IT IS THE SOLUTION

Someone ever asked: “Why did God let so many innocent people die in tragedies such as the event of September 11 ? How do we answer and figure out this question as Christians, faithful to Jesus Christ ? Saint Thomas Aquinas said, “God permits evil in order to draw forth some greater good”. Unfortunately this quote can be misinterpreted in the sense that God is causing from evil. As faithful, we should try to see this tragedy from “God’s perspective” or “God’s eye-view”. The tragedy could have happened because of man who has free will to do good or evil things. Of course, God does not want disaster will happen to people as his creation. God always loves people, whatever their conditions. Definitely God is Love. The terrorists of September 11 abused their God-given ability to make choices. The good news of God’s love is that God does not “cause” evil and that when we are victimized by evil, God walks with us and supports us as parents loving a child.
What is “faith” ? Perhaps we need some definition about “faith”: “To believe and to give up everything to the God’s will”, or “The human response to God’s revelation”, or “The assurance of things hoped for and the conviction of things not seen” (Heb 11:1). “The assurance of things hoped for” is clearly what we as Christian have to attempt and to pray for in order to be better day by day in our lives toward the Kingdom of Heaven when we die”. “The conviction of things not seen”, (with a coin, I will ask audience: “Do you believe that this coin is made of metal ?” Of course they will answer ‘YES’. Now, I put the coin behind my back. “Do you believe that the coin is held in my right hand ?” Maybe some of you will believe, some not, and some doubt me. Actually, what you need now is not to believe or to have faith but to have the knowledge that you see the coin: the knowledge of your eyes. On the contrary: “Faith is the conviction of things not seen”. We do not need something that we can see, hear, smell, taste, and touch empirically in order to be faithful. Faith does not need a proof in our senses. Faith is a grace merely from God. We answer God’s revelation by our faith.
What is the consequence of suffering for a man who has faith ? Of course if he has faith truly, he will pray and try to figure out his problem.
What is the consequence of suffering for a man who has NO faith ? Perhaps, he will be desperate, hopeless, and try suicide.
Some of us have experienced the worst thing that could ever happen; others have only been mildly inconvenienced in their lives. But day after day, there are burdens, some great, some small, that try our patience, our understanding, and our faith. At those times we may bow our heads in frustration, weariness, and prayer. Jesus said: “If anyone desires to come after me, let him deny himself, take up his cross daily, and follow me” (Luke 9:23). As Christians, our worst experience that can happen in our life is called our “cross”; a cross to fulfill the Lord’s suffering. If we want to know the meaning of our cross, firstly we have to know the meaning of the Lord’s cross.
a) The cross of Jesus Christ is the ultimate expression of God’s love for us; it is the ultimate expression of self-sacrificial love. As Jesus said to Nicodemus: “For God so loved the world that he gave his only Son” (John 3).
b) The cross of Christ is also the ultimate expression of humility. “Though he was in the form of God, Jesus did not deem equality with God something to be grasped. Rather he emptied himself and took the form of a slave, being born in the likeness of men. He was known to be of human estate and it was thus that he humbled himself, obediently accepting even death, death on a cross!” (Phil 2).
c) From these words it is clear that the cross of Christ is the ultimate expression of obedience; of selfless obedience to God’s will.
d) The cross is also the ultimate sign of God’s mercy and forgiveness. As Jesus said to Nicodemus: “The son of man must be lifted up, so that all who believe may have eternal life in him”. Jesus was lifted up on the cross, so that our sins might be forgiven through the power of his blood.
e) Finally, the cross of Christ is the ultimate sign of victory: victory over sin, victory over death, and victory over suffering. (It does not mean that we will not suffer, but it does mean that through the cross we can have the power to deal successfully with all the sufferings that come our way). “Because Jesus obediently accepted death on the cross, God highly exalted him and bestowed on him the name above every other name” (Phil 2:9). The death of Jesus on the cross was not the end; he rose from the dead victoriously three days later.
(I invite 2 persons for my game that has the meaning of the cross). After they surrender, I begin to ask them: “Before you figure out this, did you start with prayer ?” Maybe not, because it is just a game. This rope represents our problem such as a personal or family problem. “As Christians, what will you do if you have a problem ?” Perhaps you will pray. “To whom will you pray ?” Of course to Jesus. “What is the symbol of Jesus Christ ?” A cross. Now, with both of your ropes make a cross. “What is the meaning of the vertical rope and the horizontal one ?” The vertical rope means the relation of God to men and the horizontal one means the relation between men. “Who has the initiative to solve men’s problem firs, God or men ?” It must be God who has the first initiative. So, the vertical rope moves to solve the problem, and the men receive the grace of the Lord that is faith. There is always cooperation between God and men, so that any problems can be solved in togetherness and cooperativeness.
So, let us transform our burdens and the sufferings man lifes with the meaning of Jesus’ cross. Because the cross of Jesus Christ is NOT the problem, it is the SOLUTION.


4. Hari Minggu Pra-Paskah III, 23 Maret 2003
Hari Minggu lalu tgl 16 Maret kami diajak P.Rocco dan P.Adolph misa di katedral Miwaukee Gereja St. Yohanes Penginjil dan mampir juga di Basilika St. Josaphat. Basilika ini dibangun sekitar 1890-an oleh sebagian besar umat keturunan Polandia yang bahan baku gedungnya dibeli dari bekas kantor pos besar yang baru saja dibangun di Chicago lalu dibongkar karena dianggap tidak kuat. Basilika ini dalamnya begitu indah dengan mosaik dan lukisan serta dinding kaca yang mengisahkan cerita-cerita KS dan para kudus. Sore harinya saya ikut lagi P.Rocco nonton movie dengan judul “Chicago”.
Minggu lalu sudah mulai perubahan musim dari winter ke semi denga tanda burung-burung mulai berdatangan di halaman dan suhu udara selalu di atas 0 derajat Celsius sekitar 6-14 dan cahaya matahari sering bersinar cukup terang di siang hari…diselingi pula hujan air, tidak lagi turun salju. Maka saya bisa mencoba untuk naik sepeda di sekitar perumahan sini…bersama Mario saya bersepeda mengenal lingkungan dekat sini, mirip dengan villa yang ada di Puncak dengan udara yang bersih dan sejuk serta suasana yang cukup tenang jauh dari polusi, bangunan rumah-rumahnya sungguh bervariasi dengan gaya Barat. Ada pula sebuah danau yang agak luas dikelilingi pula dengan perumahan dan nampak burung-burung seperti angsa yang bisa terbang meriak-riak di tengah danau yang masih tertutup dengan sisa-sisa permukaan air yang membeku sebagian. Perumahan di sekitar sini termasuk baru dan banyak pula keluarga muda dengan anak kecilnya…nampak pula nama-nama jalan termasuk nama Conforti dan Xavier Drive serta Tumble Creek, dll.
Hari Rabu 19 Maret kami diajak oleh P.Alfredo ke Manitowoc sekitar satu setengah jam perjalanan dari sini mengunjungi sebuah museum bahari-maritim, masuk ke sebuah submarine (kapal selam) yang bernama USS Cobia, bekas kapal selam yang dibuat tahun 1943 untuk Perang Dunia II. Dipandu oleh seorang guide seorang gadis muda yang agak gemuk kami memasuki kapal selam itu…sungguh pengalaman yang bagus bisa masuk ke kapal selam yang dalamnya sungguh pengap dan sempit dengan peralatan tempo dulu yang terhitung complicated atau rumit, yang menarik di sini ketika pemandu itu menjelaskan bagian-bagian kapal selam dan ia sudah beritahu untuk waspada karena akan membunyikan sirene, lalu ketika sirene itu dibunyikan serentak aku kaget setengah mati dan bergerak serentak pula teman-temanku tertawa, karena memang aku tidak begitu paham apa yang dikatakan sebelumnya untuk hati-hati ada suara keras, yah nggak apa-apa bagiku ini sport jantung yang biasa menjadi pengalamanku di Cempaka Putih karena ditakut-takuti oleh Frater Hanny di tempat gelap atau Frater Marsel dan Setyawan dengan tikus atau frater Eman yang menggelitik saya lalu saya melompat karena geli…Di hari ini pula president USA Bush Junior melancarkan perang di Irak…Museum ini sepi hanya kami nampaknya yang berkunjung. Dalam minggu ini kami memang libur sekolah Spring Break, maka kami bisa jalan ke Manitowoc ini. Juga dalam minggu ini rumah di Franklin ini dipasang AC (AC di USA ini khan punya panas-dingin) yaitu di kapel, ruang TV, dining room, dan dapur. Karena suhu tidak lagi di bawah 0 maka mesin penghangat dimatikan…memang kalau pagi atau malam terasa agak dingin-sejuk tapi tidak separah waktu winter…
Hari Kamis, 20 Maret kami pergi ke komunitas teologi di Chicago untuk ikut retret bersama para frater teologan. Malam hari saya bisa ngobrol lama dengan Frater Petrus di kamarnya dan tidak terasa sampai jam 12 malam. Rencana ia akan mengambil cuti liburan ke Indonesia sekitar bulan Juli-Agustus tahun ini cuma sekitar 6 minggu; biasanya memang setelah 3 tahun di teologi internasional kita dapat cuti pulang ke rumah. Sehabis itu ia akan kembali ke USA ini dan dapat ijin untuk tahun pastoral di paroki China town di Chicago, St. Therese. Sekitar tinggal 5 mata kuliah saja ia akan menyelesaikan studi teologinya dan meraih gelar M.Div (Master of Divinity). Retret yang bertema sejarah SX di Provinsi USA ini dibawakan oleh Pastor Bob Maloney, Xaverian pertama orang USA. Ia pernah menjabat wakil Superior Jenderal dua periode maka ia hafal nama-nama SX dan juga tempat-tempat yang pernah ia kunjungi, serta dua kali menjabat superior propinsi SX di USA ini. Ia juga pernah kuliah di Roma di Univ. Angelicum di tahun 1960-an. Hari Jumat kami mulai retret dan ada pengakuan dosa yang diberikan oleh seorang pastor Columban…saat ini aku pertama kali mengaku dosa dalam bahasa Inggris…menjadi pengalaman pertama bagiku. Retret ditutup dengan sharing dan pertanyaan di sore hari. Lalu kami merayakan makan malam jam 6 sore dengan makanan dari restauran Libanon, karena hari Jumat (masa Pra-paskah) maka di USA ini ada pantangan makan daging, tapi boleh makan ikan…,maka menu makanannya nasi, sayuran, sate udang dan ikan salmon…Dirayakan pula ulang tahunnya Frater Adrian yang ke-32. Tradisi ultah di sini tidak mendapat angpao seperti di Cemput tapi mendapat kado dari komunitas dan kartu ucapan selamat. Malam hari kami kembali ke Franklin bersama pula Pastor Bob Maloney, dengan sopir kami tercinta Pastor Alfredo sekitar 1,5 jam perjalanan. Hari Kamis malam dari televisi nampak ada demonstrasi besar-besaran memenuhi jalan raya di Kota Chicago ini, protes terhadap perang di Irak.
Hari Sabtu, 22 Maret saya persiapkan kapel dan ruang makan untuk pertemuan kelompok mahasiswa Indonesia yang mau misa dan pertemuan di komunitas Franklin ini. Mereka kuliah di sekitar Milwaukee ini.
Di ESL tempat sekolah English kami ada teman sekelas baru lagi seorang gadis muda berumur 21 tahun dari Colombia yang juga tahu bahasa Jerman. Ia rupanya empat tahun lalu sudah pernah ikut kursus English di sini teman Pastor Bideri,sx tapi sekarang ia kembali untuk latihan TOEFL dan ia cukup berbakat dengan alat musik biola. Juga ia sebenarnya awam tapi diperkenankan tinggal di seminari SHST ini.
Hari Minggu Pra Paskah III ini, jam 12.10 di kapel SX-Franklin kami mengadakan misa bahasa Indonesia dengan para mahasiswa Indonesia yang kuliah di sekitar Milwaukee. Hadir 3 romo : Sunardi scj, Kun sj, dan Wayne Jenkins scj, serta 8 mahasiswa-I, turut pula teman saya Mario dan Chuy meskipun tidak tahu bahasa Indonesia mereka mengikuti dengan khidmat. Selesai misa kami pergi ke restaurant China ‘Fortune’, kwe tiau, nasi goreng, udang, dst. Lalu pulang kembali ke rumah diantar oleh Romo Sunardi. Cuaca di sini cukup cerah dengan suhu 15 derajat Celsius (59 F). Cuaca di sini cukup cerah dengan suhu 15 derajat Celsius (59 F). Nampak di jalan raya banyak orang mengendarai sepeda motor Harley Davidson, rupanya di sini merupakan pusat dan asalnya merk motor tersebut, kata Romo Sunardi. Juga katanya tahun ini perayaan 100 tahunnya Harley Davidson (Agustus).
Sekian dulu kabar saya …. Semoga Anda sekalian menikmati hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada kita sembari berdoa untuk para korban perang di Irak dan mereka yang berkepentingan dalam hal ini….semoga cepat selesai….
Salam dan doa saya pula untuk Anda sekalian :
Frater Denny Wahyudi, sx

5. Hari Minggu Pra-Paskah IV, 30 Maret 2003
Hari Senin, 24 Maret kami sudah mulai masuk sekolah bahasa Inggris lagi setelah seminggu libur spring break, yang akan berakhir 2 Mei mendatang. Cuaca hari-hari ini cerah dan hujan, lalu di akhir pekan ini suhu mulai dingin lagi sekitar 30 Fahrenheit atau minus 1 C, bahkan hari Sabtu sore ini ada sedikit hujan salju, lalu hilang lagi….
Hari Rabu, 26 Maret saya dapat info dari Atmo seorang mantan pranovis SX angkatan Setyawan yang juga seangkatan saya di STF Driyarkara. Ia mengelola website katolik di Indonesia yaitu : www.gerejakini.com dan kalau ingin kontak dengan dia bisa melalui e-mail : widi.gerejakini.com. Dalam website ini juga ada cerita ttg ordo-ordo, namun yang dimuat baru SJ dan SX. Maka saya ucapkan selamat kepada Saudara Atmo yang sudah memulai animasi SX di dalam dunia cyber, yang belum dimulai di Indonesia. Kalau mau lebih lengkap lagi mengenai SX di USA ini ada juga website : www.xaviermissionaries.org. Saya juga membaca dari majalah America, majalah Katolik di USA ini tentang tanggapan Gereja Katolik Roma terhadap gerakan New Age (diterbitkan awal Februari 2003), bisa dilihat dan dicari di internet dengan dokumen yang bernama :
JESUS CHRIST, THE BEARER OF THE WATER OF LIFE JESUS CHRIST THE ... (PDF) - ... OF THE WATER OF LIFE Pontifical Council for Culture & Pontifical Council for Interreligious Dialogue JESUS CHRIST THE BEARER OF THE WATER OF LIFE A Christian ... ofmconv.pcn-net.it/downloads/JesusChrist-BearerofTheWaterOfLife.pdf
Hari Rabu ini pula sore hari 4.30 di SHST ada misa pelantikan lector ministry untuk 14 seminaris dari berbagai keuskupan yang sekolah di SHST, dipersembahkan oleh Uskup Bismarck (Dakota Utara).
Hari Rabu ini pula kami dapat surat dari P.Rino, superior general SX di Roma yang menyatakan bahwa teologi untuk SX di Chicago masih dipertahankan tahun ini…jadi saya sudah tahu mau kuliah teologi di mana….
Hari Jumat, 28 Maret saya diajak oleh Mario teman seangkatanku untuk main volley di dowtown Milwaukee sampai hampir jam 11 malam, meskipun saya hanya sebagai penggembira saja saya ikut main sedikit…di sini tempat olah raga umum (gym) yang juga harus bayar $ 2,-
Hari Sabtu, 29 Maret ini di malam hari jam 7 kami diundang oleh Ibu Chris Grohall untuk menghadiri pertunjukan drama yang berjudul “Grease” di Franklin High School tidak jauh dari rumah ini. Show yang ditampilkan oleh anak-anak SMU ini sungguh menarik dengan gaya anak muda Amerika tahun 1960-1970-an, lagu-lagu rock’n roll menirukan gaya Elvis Presley dan tarian serta nyanyian yang fantastik. Show yang ditampilkan ini dibawakan oleh sekitar 50-an orang siswa-i sekolah ini, dengan durasi selama 2,5 jam. Percakapan dalam drama ini agak sulit saya tangkap karena mereka bicara terlalu cepat dan tanpa pengeras suara…tapi paling tidak dengan setting panggung serta apa yang ditampilkan saya bisa meraba-raba maksud ceritanya. Yang mengagumkan saya yaitu mereka meskipun anak sekolah tapi bisa meluangkan waktu untuk latihan drama, tari dan lagu yang cukup menyita waktu dan kedisiplinan, serta bakat yang mereka olah sungguh patut diakui kebolehan mereka.
Pagi ini saya ikut misa bersama P.Dominic di gereja St.Charles, meskipun suaranya agak serak karena sedang sakit, ia tetap bersemangat dalam khotbah…Udara pagi ini masih tetap sejuk dingin dan sinar matahari kembali bersinar cerah.
Salam saya bagi Anda sekalian di akhir bulan Maret ini : Frater Denny Wahyudi,sx

No comments: