SURAT BULAN APRIL 2003
1. Minggu Pra-paskah V, 06 April 2003
Para saudara terkasih sungguh tak terasa saya menulis jurnal mingguan ini telah memasuki bulannya yang keenam….Ini merupakan rahmat dari Tuhan yang telah memberi daya-Nya pada saya untuk terus berbagi kepada Saudara sekalian. Pergumulan harian kita sering kali lewat begitu saja tanpa dimaknai, yang sebenarnya bila kita mau berhenti sejenak….Tuhan selalu hadir menyapa dan menemani kita. “Ketekunan hingga saat terakhir” (final perseverance) kata Conforti pendiri Serikat Xaverian yang selayaknya menjadi keutamaan kita, kendati kita selalu jatuh dalam dosa ….ini sedikit refleksi saya setelah menemukan apa yang ditulis Santo Agustinus : “You made us for Yourself, and our hearts are restless until they rest in You”….
Seorang religius selalu berusaha untuk menjalani hidup hariannya dengan lebih baik terutama dalam hal kerohanian, demikian pula saya untuk kali keduanya selama 45 menit berbincang-bincang atau istilahnya bimbingan rohani dengan seorang Suster yaitu Suster Lucille yang bertugas di SHST. Pembimbing rohani utama kita adalah Roh Kudus, kedua diri kita dan ketiga adalah orang yang membina kita, itulah yang sempat kuingat dari ucapan magister novisiat saya beberapa tahun lalu. Dengan keyakinan ini saya menjawab dan mensharingkan apa yang saya alami dalam hidup harian saya kepada suster yang fasih dalam bahasa Inggris dan Spanyol dan baru merayakan 40 tahun hidup membiaranya.
Sekali lagi di ESL tempat kursus English saya ada teman baru yaitu seorang pastor muda dari sebuah keuskupan di Korea Selatan yang berusia 33 tahun, bernama Bosco. Orangnya pendek, gundul, dan berkacamata. Dia ada di level intermediate, satu kelas di bawah saya. Saya sempat bertanya padanya tentang tanda salib dalam bahasa Korea, yaitu : “Sung Bu, Sung Ja, Sung Ryung eui Irum, Amen”.
Pastor Ivan propinsial SX di USA berkunjung ke komunitas teologi SX Chicago, lalu kembali berkunjung ke Franklin hari Sabtu. Hari Selasa ini juga untuk kali pertamanya saya mencoba fasilitas gym di SHST, ada alat-alat untuk kebugaran dan membesarkan otot…saya coba sedikit saja sebelum bermain volley.
Terima kasih kepada para konfrater di Bintaro untuk bulletin Xaverian edisi I tahun 2003 Jan-April yang sudah saya terima hari Rabu 2 April.
Hari Sabtu ini kami sudah diajak untuk mengisi formulir pendaftaran sekolah teologi (CTU) meskipun baru akan mulai September nanti. Rencananya kami akan terus berada di Franklin ini hingga awal September dan masih studi English di ESL-Program SHST, jadi saya akan tinggal di Franklin ini sekitar 10 bulan. Memang saya masih butuh studi English terutama dalam hal tulis-menulis yang akan sangat penting untuk studi teologi di Chicago karena banyak tugas paper yang menuntut kita mampu menulis dalam English dengan baik dan benar…wow ini masih jadi perjuangan bagiku saat ini.
Katanya setiap Minggu pertama di bulan April di daerah sini waktu atau jam harus ditambah satu jam. Maka saya di hari Sabtu ini sudah mengubah jam wecker saya dengan menambah satu jam, supaya bangunnya tidak terlambat. Ini pengalaman pertama saya di negara ini yang tidak pernah kualami di tanah air. Kata temanku yang dari Meksiko hal ini juga sama terjadi di Meksiko, maka katanya : “It’s not big deal for me”. Ini terjadi karena untuk efisiensi elektrisity, karena saat ini matahari lebih cepat muncul di pagi hari, saat transisi dari musim dingin ke musim semi. Hari Sabtu pagi ini meskipun seharusnya sudah mulai musim semi, tapi nyatanya masih turun salju sedikit dan akhirya mencair lagi karena sinar matahari di siang hari.
Saya ucapkan terima kasih kepada Saudara Atmo atas kesediannya untuk menampilkan tulisan sharing saya di rubrik ‘sharing’ di website : www.gerejakini.com
Hari Minggu pagi saya ikut Pastor Alfredo misa di gereja St.Cecilia pukul 08.00 di Thiensville sekitar 30 menit dari sini. Meskipun ada gedung gereja yang lama, namun misanya di lantai dua gedung baru di atas gedung SD. Umat yang ikut misa tidak terlalu banyak, nampak ada beberapa keluarga muda yang punya anak-anak kecil, ada yang sampai 4 anak dengan ibunya yang mengajari tanda salib dan berdoa di depan patung Santo Josep.
Sekian dulu sharing pengalaman saya yang pertama di bulan April 2003 ini…
Let us strive to live joyfully because God bless us all in faith, love, and hope …
Fraternally,
Frater Denny Wahyudi, sx
2. Minggu Palma, 13 April 2003
Minggu ini tidak banyak hal yang bisa jadi bahan tulisanku, namun demikian aku berusaha untuk berbagi apa yang bisa kubagi sebagai pengalaman kepada Anda sekalian yang terkasih; mengutip apa yang kubaca : “Happines is perfected until it is shared”. Hari Senin lalu turun salju cukup lebat, namun sehari setelah itu cuaca kembali menunjukkan musim semi, halaman yang tertutup salju berubah menjadi padang berumput hijau. Hingga kini terang sinar matahari terus bersinar di Milwaukee dan sekitarnya. Kembali saya ingat beda jam di sini dengan di Indonesia bagian Barat menjadi 12 jam, yang sebelumnya 13 jam. Jadi cukup mudah untuk membedakan, kalau di sini siang jam 12, di Indonesia sudah jam 12 malam menjelang hari berikutnya.
Kegiatan di sekolah English masih seperti biasa, yang baru adalah kami harus berlatih test TOEFL di CD-ROM yang memakan waktu sekitar 2,5 sampai 2,75 jam termasuk bagian akhir writing (essay) selama 30 menit, karena kami akan ikut test ini tgl 29 April mendatang. Memang bagi saya ada kemajuan dalam memahami dan menjawab soal khususnya dalam ‘listening’ sebab makin terbiasa dengan native speaker di Amrik ini, tapi saya masih berusaha untuk meningkatkan grammar yang di dalam soal kadang ada tipuan/tricky, serta reading comprehension yang butuh ketelitian memahami bacaan yang panjang dan kosa kata yang baru. Juga writing (essay) yang hanya diberi waktu 30 menit. Semua dilakukan di komputer, baik dalam latihan maupun saat hari H-nya nanti. Sebenarnya CTU di Chicago tidak meminta hasil TOEFL namun karena dari SHST memberi kesempatan untuk ikut test ini, maka kami pun ikut. Biaya untuk ikut test ini cukup mahal, sekitar $ 110, namun ini sudah termasuk paket dari sekolah yang sudah kami bayar. Saya pernah tanya di lembaga resmi untuk test TOEFL di Jakarta, biayanya juga sekitar ini, karena memang test ini sifatnya internasional, meskipun diadakan di negara lain di luar USA. Program kuliah English kami selesai 2 Mei, tapi karena bulan Mei ada ekstra pelajaran, maka kami masih ikut selama sebulan penuh di bulan Mei di SHST, Cuma programnya hanya sampai jam 12 siang saja. Bulan Juni libur summer, maka tidak ada sekolah, dan di Franklin ini akan ada banyak kerja khususnya untuk festival misi 20-21 Juni. Akhir Juni dan awal Juli kami akan ikut retret dan asemblea bersama para Xaverian-USA ini di sebuah biara dekat Holliston-Massachusetts. Lalu Juli sampai awal Sept masih ikut kursus English ‘summer’ di SHST. Rencananya kami akan pindah ke Chicago bulan Sept awal atau akhir Agustus, bergabung dengan komunitas teologi SX di Chicago dan kuliah di CTU mulai di akhir September.
Hari Minggu Palma ini cuaca cukup cerah dan saya ikut Pastor Dominic misa di gereja St. Adalbert. Yang menarik di minggu palma ini : tidak seperti di Indonesia daun palma di sini warna dan bentuknya seperti janur kuning, itu pun dari USA bagian selatan karena di sini tidak tumbuh tanaman macam itu. Ketika misa di depan saya ada sebuah keluarga yang punya 4 anak kecil, 2 cowok tertua dan 2 cewek nomor 3 dan 4. Si anak cewek nomor 3 berambut pirang panjang ini selalu mengganggu kedua kakak laki-lakinya…dan adiknya paling kecil sekitar 2 tahun ketika memegang buku misanya dengan erat tidak memperbolehkan direbut kakaknya, dan berkata : “Mine”…aku jadi ingat kata Romo Sunardi bahwa 2 kata yang sering diucapkan oleh anak kecil di USA ini adalah “mine” dan “no”…dan sesekali gadis kecil yang nampak kurang diperhatikan kedua ortunya ini dan selalu mencari perhatian…mengejek orang di belakangnya dengan menjulurkan lidahnya…wah jadi lucu…sementara si ayah muda membaca buku misa bersama kedua anak laki-lakinya dan si ibu menggendong anak putrinya paling kecil keluar karena rewel…Maka saya hanya mengamati saja sebuah keluarga di USA ini masih ada juga yang punya 4 anak dan pasti sangat sibuk di rumah dengan anak-anak kecil ini….
Selamat memasuki Pekan Suci dan Selamat Paskah….
Salam :
Frater Denny Wahyudi, sx
3. Minggu Paskah, 20 April 2003
ALLELUIA-ALLELUIA…..Para saudara terkasih minggu ini cuaca di Franklin ini tidak menentu, di hari Senin suhu udara sempat mencapai 85 F (24 C), tapi esoknya berubah drastis menjadi sekitar 48 F (3 C). Hari Sabtu pun turun hujan dan suhu mulai sejuk sekitar 13 C. Sudah sekitar 3 minggu ini terang lebih lama daripada gelap, karena matahari terbenam kalau di Indonesia mulai sekitar jam 6 sore tapi di sini baru jam 8 malam.
Hari Senin, 14 April untuk kali yang terakhir saya mendapat bimbingan rohani dari Suster Lucille di SHST. Hari Selasa saya dapat kiriman email dari P.Franco tentang SEMIX edisi 48, terima kasih banyak Pastor atas kiriman kabarnya. Hari Selasa itu juga hari terakhir kami sekolah sebelum Easter Break, jam terakhir kami mengadakan sedikit perayaan Paskah dengan menghias telur dan lomba estafet telur yang diletakkan di sendok dan digenggam di mulut.
Hari Selasa malam pukul 19.30 kami mengikuti misa Krisma di katedral Milwaukee. Misa ini dihadiri cukup banyak imam dan umat; kami pun datang di menit-menit terakhir jadi hanya berdiri di belakang, tata cara liturginya agak sedikit berbeda dengan di Jakarta, misalnya pembaharuan janji imamat ada di bagian awal misa setelah pembaharuan janji umat dan diakon. Dalam awal khotbahnya Uskup Milwaukee Timothy Dolan sempat membuat umat tertawa, karena dia mengatakan bahwa misa saat ini sehubungan dengan minyak, dan saat ini pula segalanya karena ‘minyak’ atau ‘oil’, ini mengingatkan perang di Irak karena minyak. Musik dan koornya cukup merdu dan profesional, selesai misa ada pembagian tiga macam minyak yang diterima oleh perwakilan paroki-paroki atau lembaga Katolik di keuskupan ini. Mayoritas imam atau pastor yang ikut acara ini sudah berambut putih, yang tidak semuanya ikut duduk di depan tapi duduk bersama umat atau berdiri, mungkin karena terlalu banyak imam, kira-kira 300-an. Saya hanya berpikir untuk jangka waktu 20-30 tahun mendatang jumlah imam di sini pasti akan menurun drastis. Hal ini kebalikan dari Indonesia, dimana imamnya kebanyakan masih muda dan makin menurun jumlah misionaris asingnya. Peran imam di paroki tidak terlalu sibuk seperti di Indonesia, karena biasanya di paroki ada diakon awam tertahbis yang jumlahnya cukup banyak di USA ini. Sampai kita sulit membedakan mereka dengan pastor, soalnya mereka sama-sama pakai collar, pakaian kaum klerikal. Di sini frater pun juga ada yang pakai collar.
Hari Rabu, 16 April sudah libur sekolah dan belajar sendiri di rumah.
Hari Kamis Putih 17 April kami merayakan misa di gereja St. Charles, gereja katolik paling dekat dengan rumah ini. Misa dipimpin oleh Pastor Alfredo didampingi oleh dua diakon awam, yang salah satunya memberi khotbah. Acara pembasuhan kaki diawali oleh pastor dan diteruskan oleh umat, namun hanya sedikit yang berpartisipasi. Yang menarik adalah musiknya diiringin oleh paduan lonceng oleh anak-anak SD dan orang tua.
Hari Jumat Agung (Good Friday), 18 April kami menghadiri ibadat jalan salib dan Jumat Agung di gereja St. Charles Borromeo-Burlington sekitar 30 menit perjalanan dari sini. Jam 3 siang dimulai dengan ibadat dalam bahasa Spanyol, yang dipimpin teman sekelas kami di ESL-SHST, seorang calon imam untuk Keuskupan Salt Lake City asal Colombia, Oscar Martinez namanya. Dihadiri sekitar 50 umat dari Amerika Latin. Meskipun saya tidak tahu banyak bahasa Spanyol, saya mencoba mengikutinya dengan khidmat.
Hari Sabtu Suci (Holy Saturday), 19 April kami mengikuti misa di Gereja Gesu di dekat Marquette University, downtown Milwaukee. Misa malam paskah yang dimulai pukul 20.30 tidak terlalu dipadati oleh umat, sehingga kami bisa duduk di depan. Misa ini sungguh indah-meriah-khidmat karena ada upacara pembaptisan 3 orang gadis yang tata cara pembaptisannya dengan direbahkan sekujur tubuhnya di dalam air tiga kali lalu para umat yang menyaksikan memberi sambutan dengan tepuk tangan meriah dan si baptisan baru ini diberi handuk putih, lalu berpakaian putih. Untunglah udara tidak dingin karena suhu sekitar 18 C. Sebelumnya mereka bertiarap di depan altar sambil dinyanyikan litani para kudus. Musik dan lagu sungguh meriah karena ada orkestra di balkon. Gedung gereja Gesu yang menjadi pusat pastoral Jesuit ini sungguh agung dan megah, dengan lampu yang cukup terang. Selain 3 baptisan baru juga ada 1 gadis yang menerima inisiasi, mungkin sebelumnya sudah dibaptis di gereja non-Katolik. Setelah dibaptis mereka menerima minyak krisma sebagai tanda pelengkap inisiasi. Misa selesai pukul 23.30 dan di luar sudah turun hujan rintik-rintik.
Hari Minggu Paskah, 20 April ini cuaca cukup cerah dengan suhu sekitar 16 C. Saya ikut misa bersama P.Dominic di kapel rumah kami, karena ada acara pembaptisan bayi, cucu dari mantan sekretaris di sini, yaitu seorang bayi 7 bulan yang diberi nama baptis Rachel. Yang hadir sekitar 25 orang dari bayi hingga orang tua. Habis misa sekitar pukul 14.00, saya ikut P.Dominic dan P.Alfredo menuju rumah mereka untuk merayakan pesta pembaptisan ini…sambil makan yah…mendengarkan native speaker bicara serta mencoba bicara sedikit-sedikit dengan anak mudanya. Pukul 7 malam tapi di sini masih terang seperti jam 5 sore kami pulang.
Sekian dulu sharing dari saya, sekali lagi “SELAMAT PASKAH, ALLELUYA-ALLELUYA….”
Salam dan doa dari saya untuk Anda sekalian,
Frater Denny Wahyudi,sx
4. Minggu Paskah II, 27 April 2003
Minggu terakhir di bulan April saya lalui dengan bayak latihan TOEFL di komputer. Meskipun sudah berlatih berulang kali saya merasa selalu kurang, karena soal-soal di komputer (CD-ROM) lebih sulit daripada di buku latihannya, khususnya dalam reading comprehension dan listening. Saya sudah beberapa kali latihan tapi hasilnya malahan merosot. Mungkin saya harus lebih banyak berlatih, tapi waktunya memang singkat, hari Selasa 29 April ini saya harus ikut test ini, maka dengan modal apa yang sudah saya latih saya akan berusaha ‘I’ll do my best’.
Masih dalam hal test, guru kami menguji kami lagi karena sudah di akhir quarter, maka hari Kamis lalu kami test seperti test yang kami terima pertama kali. Hasil yang saya dapat rupanya ada kemajuan, syukurlah. Test writing dulunya 17 sekarang mendapat 24, lalu test multiple choice termasuk listening 100 soal dulunya 58 kemarin dapat 75. Pertama saya ikut test bulan November 2002, lalu hari Kamis lalu berarti sudah 5 bulan…ada kemajuan sedikit, masih perlu terus berusaha keras.
Belajar English sebenarnya tidak hanya di sekolah, saya menemukan banyak situs di internet ttg ESL Program dan bagaimana kita belajar English. Seperti yang sudah saya sharingkan dulu, dari http://englishclub.com saya banyak mendapat pelajaran lebih daripada yang dapat dari sekolah, ini kesan saya, mungkin saya bisa salah. Namun memang banyak situs yang memberikan pelajaran gratis, juga tes serta tanya-jawab, serta korespondensi ataupun chatting dalam English dengan pen-pal dari berbagai macam negara. Kalau mau belajar sendiri dari internet ttg English, akan lebih memberikan kekayaan tersendiri.
Hari Jumat, 25 April kami ESL-program mengadakan field trip ke stadion baseball Milwaukee, sekitar 15 menit perjalanan dengan bis yang dicarter guru kami. Dengan panduan guide yang fasih sekali American Englishnya sampai saya harus memasang telinga dengan baik, kami diajak melihat ruangan-ruangan top eksekutif untuk penonton games ini, juga ruangan penyiar radio, turun ke lapangan, berfoto dst. Stadion ini termasuk canggih karena atapnya bisa dibuka dan ditutup. Rencana hari Kamis mendatang kami akan menonton gamesnya. Basebal game di Milwaukee ini termasuk terkenal, kata guide ini, karena ada sejarah games ini berasal dari sini, dengan memperlihatkan kaos dan foto dari jaman ke jaman…termasuk ‘Yankees’ yang sering menjadi sebutan untuk orang Amrik, juga menjadi kosa kata bagi para prajurit USA waktu perang di Irak. Tour dimulai jam 10.00 pagi dan berakhir jam 11.20, lalu kami kembali ke kampus SHST.
Hari Sabtu, 26 April seperti biasa kami ada formation meeting oleh P.Alfredo rektor kami, membahas RMX (Ratio Missionis Xaveriana) ttg inkulturasi dan akulturasi. Dalam sharing kami menyampaikan di USA ini karena banyak ragam budaya, maka kami tidak bisa secara khusus telah mengenal budaya USA…karena memang terdiri dari banyak suku bangsa dan budaya, istilahnya ‘melted-pot’. Setidaknya yang saya alami dengan keterlibatan ‘involvment’ saya dalam kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah kami termasuk dragon dance, follies, field trip dsb, saya sudah mencoba masuk dan mencicipi budaya USA, termasuk makanannya. Saya pikir dengan terlibat di tempat kita berada sesuai kemampuan dan minat kita, kita sudah masuk dalam isu inkulturasi dan akulturasi yang memang menuntut refleksi, kesabaran, dan keterlibatan. Saya teringat dengan bekal dari para formator SX di Indonesia, bahwa ketika kita masuk dalam budaya baru, kita harus berani merelativisir budaya kita sendiri dan siap masuk dalam budaya lain yang asing dan kadang kita selalu ingin kembali pada budaya sendiri (daerah aman kita).
Hari Minggu pagi ini kami bertiga (Chuy, Mario, dan saya) ikut misa di SHST jam 10.00, tapi rupanya kami terlambat, mungkin misa dimulai pukul 09.30. Cuaca pagi ini sungguh cerah, tidak seperti tadi malam yang cukup dingin. Hari ini suhu udara 66 F (19C). Sekian dulu sharing saya di penghujung bulan April 2003 ini.
Doa dan salam saya buat Anda sekalian,
Frater Denny Wahyudi, sx
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment