Friday, June 03, 2005

JANUARI 2003

SURAT BULAN JANUARI 2003

1. Hari ini Minggu, Hari Raya Epifani 5 Januari 2003, saya menulis surat ini di komunitas sx Holliston-Massachusetts. Setelah menikmati keindahan New Jersey sebagai ‘garden state’ dengan pemandu Pastor Frank Grappoli yang baik hati menemani kami jalan-jalan di New York maupun melihat Mountain Creek tempat orang main ski, kami hari Selasa 31 Desember siang melanjutkan perjalanan ke Holliston-Ma. Perjalanan sekitar 4 jam dengan cuaca cerah. Kami sampai di tujuan sore hari jam 4, diterima baik oleh komunitas Holliston tempat peziarahan (Our Lady of Fatima Shrine). Ada 6 pastor yang tinggal di sini yaitu : Kenneth Cannon, Jerry Furlan yang dulu pada tahun 70-an pernah berkarya di Indonesia, Tony Lalli, Robert Maloney, Eugenio Montesi dan Francis Signorelli sebagai superior di rumah ini. Rumah ini cukup luas dan besar dengan 3 lantai dan beberapa kamar seperti di Franklin. Ada bangunan cukup megah berlantai tiga di seberang jalan yang megah, dulu merupakan seminari sx tapi sekarang jadi apartemen. Tempat ziarah di sini cukup indah dengan lampu yang menghiasi waktu malam hari khususnya waktu natal hingga akhir tahun. Saya sempat menikmati keindahannya, fotonya juga terdapat di websitenya sx USA. Shrine ini punya keunikan yaitu memiliki rosario terbesar di dunia kali, dengan rantai rosario dari batu besar dan salibnya dari jangkar kapal. Di tiap butiran batu terdapat doa salam maria dalam berbagai bahasa berurutan dalam abjad. Saya sempat menulis dan menyalinnya sebanyak 28 bahasa dengan usaha sejak tadi pagi hingga sore jam tiga, soalnya harus membersihkan salju yang cukup tebal di atas batu rosario itu dan harus bertahan di udara dingin penuh salju, tapi karena saya niati akhirnya selesai juga. Untungnya hari ini udara cuku cerah dengan sinar matahari yang bersinar, setelah dua hari ini hujan salju cukup lebat. Acara old and new tidak ada yang istimewa di sini, misa natal dengan umat pukul 9 malam di kapel besar shrine di sini. Dan setelah itu makan dan minum bersama para pastor di ruang makan. Malam detik-detik pergantian tahun saya lewatkan dengan nonton tv bersama Mario dengan channel CNN yang menyorot kota New York yang cukup meriah.
Hari Rabu tgl 1 Januari 2003 pagi saya mencoba berdoa rosario pribadi di shrine Fatima ini dengan cuaca hujan rintik-rintik, lalu sore harinya kami diajak Pastor Larry ke susteran Xaverian di Worchester sejauh satu jam perjalanan dengan mobil. Kami diundang makan malam bersama 8 suster sx dengan jamuan ala Italia yang membuat perutku agak kelebihan muatan.
Hari Kamis, 2 Januari kami sore harinya diajak menonton bioskop yang berjudul “The Rings of the Lords : The Two Towers” berdurasi 3 jam, oleh Pastor Kenneth yang pernah berkarya di Philipina 5 tahun terakhir di rumah teologi Manila, dan kembali ke USA karena harus operasi ginjal yang harus diambil satu, ia termasuk sx USA yang muda baru 5 tahun tahbisan. Nonton movie ini tiketnya berharga 6 US$. Filmnnya penuh dengan peperangan zaman purbakala dan full animation, meskipun bagus namun aku tidak terlalu senang karena terlalu khayalan.
Hari Jumat 3 Januari kami diajak oleh Pastor Eugenio Montesi pergi ke kota Boston bersama seorang ibu kenalan pastor ini. Dalam cuaca hujan salju sedikit-demi sedikit kami jalan-jalan di Boston Common yaitu kebun umum di pusat kota Boston. Jarak dari rumah ini ke Boston Cuma 18 miles jadi Cuma 20-30 menit perjalanan, setelah itu kami mengunjungi gereja pertama Christian Science yang didirikan oleh Ibu Mary Baker Eddy sekitar tahun 1880-an. Gerejanya cukup megah dan interiornya yang cuku menarik dengan orgen pipanya yang cukup besar sampai sekarang masih dipakai. Kami mengunjungi perpustakaannya juga dengan fasilitasnya yang cukup canggih seperti sebuah ruangan teater yang berbentuk bola dunia dengan peta seluruh dunia…wow seakan kami memandang dunia dari ruang angkasa. Lalu kami makan siang di restauran Mexico. Karena hujan salju mulai lebat maka kami sore pukul 3 sudah pulang ke rumah. Gereja Christian Science ini juga ada di Jakarta yang pernah kukunjungi yaitu di Jalan Teuku Cik Ditiro 48 Menteng-JakPus. Aku juga pernah beli buku karangannya Mary Baker Eddy dan saya tinggalkan untuk perpustakaan skolastikat fils.Cemput.
Hari Sabtu, 4 Januari P.Larry mengajak lagi kami ke Fitchburg sekitar 1 jam perjalanan dari Holliston, sebuah rumah kenalannya yaitu pasutri penderma sx Larry-Theresia, dengan cuaca hujan. Rumahnya cukup menarik dengan isi rumah yang cukup artistic dan banyak foto keluarga besar yang bermacam-macam, juga hiasan beraneka ragam seperti museum dipajang di sekitar ruang-ruang yang dpertunjukkan pada kami. Kami diajak makan siang di restauran ala Italia ‘Gondola’.
Minggu Epifani 5 Januari ini, pagi saya punya intensi sendiri untuk menulis doa salam maria yang ada di shrine Fatima, rupanya batu-batu yang bertuliskan doa-doa itu tertutup salju tebal, maka aku dengan sekuat tenaga dan tekat membersihkannya dengan sekop dan berdingin-dingin ria menyelesaikan niatku itu, karena masih 2 putaran dan waktu hampir jam 11 maka aku hentikan dan ikut misa dulu di kapel. Yang ikut misa cukup memenuhi bangku kapel, memang kebanyakan orang tua, dan juga anak kecil; jarang ada anak muda. Di shrine ini juga tersedia giftshop yang menjual berbagai macam benda rohani yang indah, Pastor Bob Maloney yang mengelolanya. Setelah makan siang aku lanjutkan usahaku untuk koleksi doa salam maria berbagai bahasa itu, akhirnya aku dapat 28 bahasa dengan tulisan huruf romawi (seperti tulisan ini), dan tulisan yang berbentuk lain pasti aku tidak kutip karena memang tidak tahu. Dengan demikian aku punya koleksi 40 doa salam maria, nanti kalau aku sudah menyalinnya di komputer pasti akan aku kirim…
Perjalanan liburan hingga saat ini hampir selesai membuatku sedikit berpikir, begitu lama kami libur sekolah sebulan lebih, rasanya waktu cepat berlalu, namun aku merasa masih sedikit saja mendapat kemajuan dalam bahasa English. Memang kadang aku lama membaca buku English seharian dan mencoba meningkatkannya, tapi yah begitu-begitu saja, mungkin butuh latihan dan waktu serta ketelatenan, sedikit-demi sedikit. Mungkin besok kami akan kembali ke Franklin tapi karena cuaca menurut ramalan agak kurang mendukung maka kami barangkali akan mampir dulu ke rumah sx propinsialat di Wayne-new Jersey sebelum melanjutkan lagi perjalanan panjang ke Wisconsin tempat tinggal kami.
Salam pertamaku di tahun baru ini 2003
Frater Denny Wahyudi,sx

SURAT KEDUA BULAN JANUARI 2003

2. Hari Minggu Pembaptisan Tuhan Yesus, 12 Januari 2003
Tiga minggu telah saya lalui untuk berliburan ke daerah Chicago dan East, dan diakhiri dengan perjalanan panjang dari Wayne-N.J. menuju Franklin-WI tempat saya tinggal, yaitu sekitar 14,5 jam dengan mobil hijaunya Pastor Larry, dan yang nyopir Chuy dan Mario. Kami sampai kembali di Franklin hari Selasa, 7 Januari 2003 pukul 10.20 malam, dengan perjalanan yang cukup lancar dan cuaca sangat bagus, sinar matahari yang bersinar sepanjang hari. Ternyata di Franklin belum juga turun salju yang hebat, maka pemandangan khas musim dingin tidak nampak seperti di Holliston atau New Jersey. Seluruh perjalanan liburan ini menambah pengalaman dan pengetahuan saya tentang daerah di U.S.A serta para pastor di rumah S.X. lainnya. Kalau saya hitung-hitung jumlah pastor S.X yang ada di U.S sekarang sekitar 20 orang dan fraternya 11.
Tiga hari dari Rabu hingga Jumat saya mengisi waktu sisa liburan ini denga menerjemahkan semua pengalaman saya bulan Desember ke dalam bahasa Inggris dan saya serahkan kepada Pastor Larry sebagai pembimbing rohani. Juga saya berikan pesan natal saya kepada para pastor di sini. Memang saya mengetahui masih banyak kekurangan dalam menerjemahkan dalam English, tapi itulah usaha saya yang sudah saya awali dan percaya bahwa dengan banyak latihan pasti akan lebih baik. Ucapan selamat dari para pastor atas refleksi natal yang saya buat semoga tidak membuat saya lupa untuk terus menulis renungan yang lain.
Hari Jumat 10 Januari pukul 10.15 pagi, kami diantar Pastor Alfredo rector rumah kami berziarah ke sebuah biara OCD (ordo karmel tak berkasut), yang bernama Holy Hill. Perjalanan untuk mencapai tempat ini ditempuh selama 40 menit. Memang letaknya di atas bukit sebelah tenggara Wisconsin State. Tempatnya memang cukup indah dan gedung gerejanya seperti layaknya monastery berdiri megah menjulang tinggi di angkasa. Dari halaman gereja itu kami bisa melihat kota Milwaukee. Di sana juga terdapat tempat peziarahan bunda Maria yang bernama National Shrine of Mary, Help of Christians. Biara Carmel ini didirikan tahun 1857, maka nama ziarah Bunda Maria ini didedikasikan untuk Bunda Maria Lourdes, sebab di tahun yang sama itu Santa Bernadette menerima penampakan Bunda Maria di Lourdes. Kami mengunjungi gedung gerejanya yang cukup megah dan juga kapel yang ada di bawah gedung gereja ini. Karena menara gedung gereja ini sedang direnovasi, maka kami tidak bisa naik sampai di atas. Di gereja inilah Pastor Viktor Mosele ditahbiskan jadi imam pada tahun 1960. Selama satu jam kami melihat-lihat gereja ini dan dari giftshop seperti biasa saya membeli kartu pos yang menggambarkan biara ini dan diakhiri dengan santap siang di kantin dekat biara ini.
Hari Minggu pagi ini 12 Januari dengan mobil sedan putih keluaran tahun 1999 saya ikut Pastor Dominic misa di Gereja St. Charles Borromeo yang dimulai pukul 07.00, sekitar 5 menit perjalanan dari rumah. Saya mengambil tempat duduk barisan sebelah kiri nomor 4 dari depan. Terlihat barisan para suster yang sudah di atas umur 50-60-an di barisan paling depan di sebelah kanan. Cukup menarik memperhatikan tata cara liturgi di sini : memang biasa di sini perarakan imam diiringi dua putra altar putri dan seorang lector yang mengangkat tinggi-tinggi Kitab Suci berukuran besar menuju altar. Pastor Dominic waktu berkhotbah turuh dari wilayah altar ke hadapan umat dengan semangat layaknya seorang misionaris mewartakan Injil di tanah misi. Beliau memang pernah berkarya selama 5 tahun di Bangladesh dan sekarang bertugas sebagai ekonom di komunitas ini. Sebelum misa para umat secara spontan bersalaman satu-sama lain. Lagu-lagu dinyanyikan dengan cukup meriah dengan partisipasi umat serta iringan piano yang merdu. Selesai misa pastor berdiri di depan pintu utama menyalami para umat yang hendak pulang. Di gereja inilah rencananya hari Minggu, 26 Januari pagi Pastor Vasco Milani,sx akan mempersembahkan misa perutusan ke tanah misi Brasil. Misa agung bersama Uskup Agung Milwaukee yang juga baru jadi uskup dan baru misa pertama di gereja ini. Pastor Vasco cukup lama bertugas di Franklin, maka banyak mengenal dan dikenal umat. Ia adalah mantan superior di komunitas sini, dan meskipun sudah 61 tahun, ia tetap juga bersedia kembali ke tanah misi Brasil. Sekaran ia sedang berliburan di Italy, mengikuti pula program Tremesi-nya Xaverian, setelah berkunjung ke saudaranya di Australia.
Tepat tanggal 12 Januari inilah saya berusia 2 bulan lahir (baca: tiba) di Amerika Serikat. Saya baru ingat setelah usai misa ada seorang ibu yang bernama Chris sahabat dekat Xaverian mengajak saya makan pagi di sebuah restaurant yang bernama Judy. Di situlah saya dapat mempraktekkan English saya, sampai saya berpikir mendalam….o ternyata tanggal sekarang adalah tepat 2 bulan saya tiba di U.S ini, setidaknya menjadi bahan bicara saya untuk dia. Sebelum pergi makan, saya juga diperkenalkan dengan ketiga anaknya yang baru akan ikut misa kedua. Maka, tepat sekali saya diajak dia untuk menemani makan pagi. Sekali lagi saya diberikan berkat khusus lagi untuk merayakan 2 bulanan saya. Ibu Chris ini sungguh sangat baik dan ramah, ia mengenal baik pula Heri dan Petrus juga para frater sx lain di Chicago. Sebelum bertemu saya, ia hanya dengar kisah saya dari Pastor Rocco, maka ketika bertemu saya di gereja pagi ini, wah dia sungguh senang sekali dan langsung mengundang makan. Waktu makan di restaurant ala Amerika ini, biasa saya buta sama sekali akan nama-nama menunya, maka saya hanya menjawab ‘YA’ saja atas tawaran ibu ini. Saya menikmati sarapan pagi ini entah apa nama menunya : ada 2 telur ayam mata sapi yang setengah matang, irisan kentang yang mungkin dipanggang dan 2 potong roti tawar serta air putih es dan kopi. Kalau masalah makan memang saya apa saja mau tak ada pantangan, maka yah mudah….sulitnya kalau ditanya menu ini dengan ini, ini atau ini….(dengan kata-kata English, wah jadi serba repot, si pelayannya menawari dan ibu itu menjelaskan…saya masih kagak ngerti juga, maka saya jawab iya-iya terserah apa sajalah…saya pasti mau). Di sinilah saya bisa sekali lagi praktek conversation, dan kata Ibu ini ucapan English saya yah sudah lumayan bagus, sama dengan komentar orang-orang lain sebelumnya. Dan juga bertanya apa sebelumnya sudah pernah belajar Englsih, yah biasa saya jawab hanya dari kurikulum sekolah di SMP dan SMA selama 6 tahun tapi itu pun hanya grammar, sangat jarang praktek conversation. Mungkin karena dia melihat bahwa saya baru 2 bulan tinggal di U.S.A dan juga baru 2 minggu ikut sekolah bahasa di Sacred Heart lalu libur, maka mengatakan English saya sudah lumayan…yah semoga bisa lebih baik lagi pikirku, karena memang masih banyak saya harus belajar. Selesai makan saya diajak ke suatu bukit tempat bermain ski yang cukup dekat dengan rumah kami. Di sana ada sebuah bukit untuk main ski yang saljunya adalah salju buatan, karena memang di daerah sini belum turun salju yang begitu lebat. Setelah sebentar melihat, ibu ini berjanji suatu hari akan mengajak saya bersama kedua teman sekelas saya Mario dan Chuy untuk bermain ski, dan akhirnya ia mengantar saya pulang ke rumah. Terima kasih Tuhan atas kebaikan-Mu melalui Ibu Chris ini.
Beberapa hari ini saya berpikir bahwa tugas saya yang utama adalah belajar meningkatkan English saya. Memang fasilitas dengan buku-buku tebal dan mahal sudah saya punya, namun belum sepenuhnya saya jamah, maka dalam pikiran saya….wah saya harus banyak belajar dari buku-buku yang cukup banyak ini….setiap hari….itulah tugas saya, maka saya punya niat untuk itu, meskipun kadang memang terasa jenuh pula. Lagipula saya punya masa kursus English baru mulai Senin besok 13 Januari dan berakhir 6 Mei, maka sungguh waktu saya sangat singkat, kuhitung-hitung saya punya waktu efektif hanya 3 bulan. Setelah itu saya harus siap untuk teologi…wah begitu cepatnya waktu ini. Waktu saya ke depan yang merupakan chairos ini, juga pasti aku pakai untuk menulis sebanyak dan sekontinyu seperti sekarang saya menulis.
Dan akhirnya saya juga berdoa untuk keadaan tanah airku tercinta Indonesia yang sedang mengalami gejolak demonstrasi dimana-mana karena kenaikan harga bahan bakar-listrik dan telpon secara bersama-sama di awal tahun ini, dan juga secara internasional krisis di Irak yang sangat rawan oleh ancaman perang Negara Raksasa U.S.A ini, sungguh mengerikan….maka saya hanya bisa berdoa untuk keadaan yang lebih baik. Oh iya, saya juga minta doa dari Anda semua untuk Chuy teman saya dari Mexico yang besok akan mengunjungi ayahnya di Torreon-Mexico yang sekarang sakit parah, semoga perjalanannya lancar dan mendapat penghiburan atas keadaan keluarganya. Terima kasih.
Salam dan doaku selalu :
Frater Denny Wahyudi,sx

3. SURAT KETIGA BULAN JANUARI 2003

Hari ini Minggu Biasa II, 19 Januari 2003. Suhu udara di Franklin ini minus 16 derajat Celsius atau 3 derajat Fahrenheit pada pukul 08.45 pagi ini. Salju memang tidak turun tapi cuaca mendung. Belum nampak salju di halaman.
Selama seminggu belajar English ini ada pengalaman baru yaitu : kami punya 2 teman baru tapi mereka di level intermediate, kami sudah di advance. Mereka adalah seorang pastor dari Polandia yang masih muda berusia 34 tahun, dari kongregasi CM (Vincentian) dan seorang ‘nice girl’ masih muda baru tamat kuliah jurusan jurnalistik di Bogota,Colombia. Baru sekarang ini kami punya teman perempuan, sebelumnya hanya guru kami yang berbeda jender yaitu Ruth dan Andrea, keduanya sudah berumah tangga. Maka total di kelas kami ada lima orang : saya, Mario, Chuy, Carlos dan Oscar (kedua terakhir diocesan salah satu keuskupan di U.S ini, meskipun asal mereka dari Amerika Latin). Yang kuliah teologi di SHST (Sacred Heart School of Theology) kebanyakan memang berasal dari Amerika Latin dan juga seminaris asli U.S. Menurut websitenya SHST jumlah seminarisnya terbesar diantara seminari lain, yaitu 92 orang dari berbagai keuskupan di U.S dan ada juga Vietnam, namun memang yang saya amati kebanyakan dari Amerika Latin dan bule Amerika, ini nampak kalau pas makan bersama di ruang makan model prasmanan (buffet) yang cukup luas. Namun memang rat-rata umur para seminaris itu 45 tahun, jadi kebanyakan sudah di atas umur normal seminarisnya SX di Indonesia atau jarang yang muda. Setiap hari kami punya PR English, jadi kadang butuh waktu banyak untuk mengerjakannya. Ini baik untuk kami saya pikir, karena yah supaya lancar terutama dalam menulis yang selalu ada koreksi seperti waktu mengerjakan skripsi dulu di Driyarkara. Oh iya lupa memberitahu nama kedua teman baru kami itu bernama Pastor Yan, cm dan Sofia Mas. Mereka di tingkat intermediate bersama 3 seminaris lain (2 dari scj dan satu kongregasi lain, dan ketiganya dari Amerika Latin).
Kami tiap hari Rabu pagi selama satu jam saja punya kuliah spiritual formation, baru sekali kami ikut yang mengajar Pastor Charles, scj dan kami punya teman hampir semuanya sudah berumur karena dalam sharing perkenalan hari pertama mereka menyebutkan punya anak dan cucu. Ada sekitar 9 orang dalam sekelas, dan kami bertiga saja yang muda. Kelas ini memberi kami latihan untuk belajar mendengarkan dan menyampaikan pendapat dalam sharing atau diskusi, tidak ada pr atau evaluasi, jadi agak tidak berbeban. Memang kadang agak sulit mendengar native America itu bicara, karena terlalu cepat dan kurang begitu jelas, berbeda dengan guru kami yang bicara selalu jelas meski agak cepat. Disamping spiritual formation, saya punya spiritual advisor yaitu seorang suster, mungkin minggu depan baru bisa bertemu untuk wawancara, dan biasanya sebulan sekali.
Berita yang menarik minggu ini adalah : Frater Utomo Wijayanto,sx yang sekarang kuliah bhs.Italia di Parma dan akan teologi disana ternyata nomor paspornya muncul di websitenya http://www.usembassyjakarta.org/pickup.html . Saya coba iseng membukanya dan nampak M330078, berarti kira-kira 5 bulan prosesnya sampai muncul di website itu. Namun ini berita gembira yang terlambat, dan menjadi masukan bagi kami semua. Di balik itu semua rencana Tuhan pasti ada dan aku hanya bisa merenung yah inilah misteri yang sulit diperkirakan. Bagaimana menurut Anda ?
Kami di sekolah juga belajar English dengan mendengarkan lagu. Maka aku berangan mengenal lagu-lagu Amerika yang sering kudengar di radio dengan mengerti lyric atau syairnya, maka kucoba cari di internet, ada ‘Beautiful’-nya Christina Aguilera dan ‘I’m with you’-nya Avril Lavagne. Saya senang mendengarkan musik itu dan menjadi lebih baik kalau aku berusaha tahu apa syairnya, ini melatihku dalam ‘listening’ / pendengaran yang perlu latihan dan proses. Sampai sekarang setelah 2 bulan di sini aku merasa lebih maju dalam mendengar dan mengerti dibandingkan sebelumnya, itu pasti…dan masih butuh latihan lagi.
Satu hal lagi bahwa renungan natalku yang kukirim kepada para sahabat sudah saya terjemahkan dan diperbaiki terjemahannya oleh Pastor Alfredo (superior komunitas kami) dan dimasukkan dalam Cross+Road, yaitu berita bulanan sx amerika di internet. Kalau sekiranya Anda mau tahu silahkan buka :
http://www.xaviermissionaries.org , lalu klik “MEMBERS AREA” yang ada di bagian kiri, lalu muncul daftar isian (password) silahkan tulis COMMIX dan enter lagi…maka akan muncul berita yang bisa dipilih misalnya Cross+Roads atau yang lainnya.
Selain itu kalau mau tahu siapa kami bisa buka :
http://www.xaviermissionaries.org , lalu lihat bagian kira dan pilih “Franklin Knoll, WI” yang ada di bawahnya “MISSION USA”, maka akan muncul berita serta foto kami komunitas Franklin. Selain itu Anda akan melihat jam dan suhu udara di Franklin tempat saya tinggal yang ‘up to date’, ada di sebelah kanan.
Pagi ini saya ikut Pastor Dominic misa pukul 10.30 di paroki St.Mary Catholic Faith Community, di Hales Corners dekat denga SHST sekolah bahasa kami. Paroki ini termasuk yang paling hidup dan paling besar jumlah umatnya sekitar 10.000 orang di keuskupan Milwaukee. Hidup karena umat berperan serta aktif baik dalam misa maupun kegiatan kategorial lainnya, contohnya SSV (Perkumpulan Vincentius Awam) di sini sungguh maju, sampai punya container untuk memberi makan siapapun yang membutuhkan secara rutin dan juga memberi pakaian hangat seperti sekarang ini, sesuai cerita Joyce, seorang ibu yang mengajak kami makan siang di Amore restoran Italia setelah selesai misa. Yang saya amati juga banyak sekali anak kecil tingkat SD juga keluarga muda, sampai seorang bapak yang berpakaian jas rapi mengasuk anaknya yang masih usia mungkin sebulan, atau seorang bapak lain membawa bayinya yang masih berwarna merah di sebuah kotak mengikuti misa bersama anak isterinya, atau seorang keluarga bule dengan dua anak laki-lakinya serta seorang anak gadisnya yang sekitar 4 tahun namun berwajah Asia, pikirku mungkin mereka mengadopsinya waktu masih bayi, dan anak gadis kecil itu sungguh dekat dan aman dalam rangkulan bapaknya yang adalah orang Amerika (bule). Ada pula sekolah minggu anak-anak sd, bahkan mereka pertama ikut misa dulu dan ketika ada pembacaan KS, mereka maju ke depan bersama guru-guru SBI-nya dan diutus oleh Pastor untuk menjadi pewarta KS, wah sungguh menarik. Di sini juga ada sekolah dasar (biasa sampai kelas 8) dan ada foto-foto para lulusan yang ditempelkan di dinding sepanjang jalan menuju gedung gereja dari tahun 1955 sampai 2002, kebanyakan memang berambut pirang (bule), tiap angkatan sekitar 40-50 orang murid. Selesai misa aku sempat menonton lomba basket anak SD puteri di basement, sambil menunggu Pastor Dominic misa kedua kalinya yang selesai pukul 13.00. Di misa ini saya juga bertemu teman saya orang Kongo bersama kedua anaknya dan isterinya, teman saya itu David yang juga bekerja di SHST sebagai bagian kebersihan. Bersama dengan dia saya bertemu seorang perempuan dari Flores-Larantuka yang sudah selesai sekolah psikologi di Chicago (sekolahnya Ordo Dominikan), yaitu Maria Fernandes yang juga mengenal pula Heri dan Petrus. Dia masih kursus dan mencari persyaratan untuk mengajar di sekolah, karena aksen bicara Englishnya yang berbeda dengan native speaker, jadi butuh syarat tertentu. Sore ini kami juga diundang untuk makan malam di rumah sebuah keluarga kalau tak salah Mr.Doc yang rajin misa pagi di komunitas kami, dia berumur 94 tahun dan masih nyopir mobil sendiri, isterinya pun juga masih hidup berusia sekitar 96 tahun.
Saya sudah menerima kartu natal dari Agustina-Bogor dan Bapak Iemawan-Jakarta pada minggu lalu, saya mengucapkan terima kasih kepada mereka semua. Saya kira masih ada juga kartu natal yang akan datang pada hari-hari mendatang.
Besok adalah hari libur di sini memperingati Martin Luther King, jadi libur sekolah, tapi saya harus mengerjakan pr dari sekolah yang masih tertunda.
Ok, sekian kronik kegiatan saya selama seminggu ini…yang saya jalani dengan penuh semangat dan kesadaran serta rasa syukur kepada Tuhan atas segala berkat yang sudah dilimpahkan selama seminggu ini, dan seraya mohon rahmat-Nya serta doa Anda sekalian untuk seminggu ke depan. Saya menulis ini semua berdasarkan apa yang tertulis dalam 1 Yoh 5 : 13,……..
Salam dan doa saya selalu :
Frater Denny Wahyudi,sx

4. SURAT KEEMPAT BULAN JANUARI 2003
Hari Minggu Biasa III, 26 Januari 2003. Pagi hari ini udara cukup cerah dengan sinar matahari yang bersinar, nampak sedikit salju yang tersisa di jalanan, udara cukup sejuk dan dingin di ruangan ini, padahal udara di luar sana menunjukkan minus 16 derajat Celsius atas setara dengan 3 derajat Fahrenheit, di pukul 08.15 pagi waktu Franklin. Beberapa hari lalu malah sempat minus 20 derajat Celsius, dinginnya sangat terasa kalau kita ada di luar apalagi ditambah windchill (angin yang bertiup di udara dingin) wah bukan main….tapi kembali di ruangan jadi hangat lagi.
Pengalaman menarik hari Minggu malam lalu bagi saya adalah sewaktu di rumah Mr. Doc (Van der Heyden, kakek yang berusia 94 tahun dan masih nyopir sendiri kalau datang misa pagi di sini, juga donatur Xaverian yang memberikan tanah di Franlin ini untuk Xaverian kalau nggak salah) diundang makan malam, saya bisa latihan berkomunikasi dengan cucunya laki-laki yang bernama Joe kelas satu SD. Saya coba ajak bicara English dan bertanya-tanya semampu saya…kadang dia ngerti, kadang juga nggak tahu omongan saya…namun saya senang dan mendapat pelajaran serta pengalaman berharga: karena saya bertanya-tanya terus ttg sekolah atau apapun, sampai dia memanggil saya ‘Quiz-man’, dan seperti layaknya anak sd di Indonesia, Joe ini mungkin karena sudah kenal sedikit dengan saya, dia malu-malu mendekati saya, takut ditanyai lagi. Akhirnya sambil bercanda dia sebenarnya ingin mendekati saya tapi malu…yah gaya anak kecil, sembunyi di balik saya sambil menggoda saya…wah sungguh lucu, akhirnya waktu mau pulang…dia ngganduli saya, kaki saya di tarik-tarik…seperti anak SD yang pernah saya kunjungi di Santa Maria Jakarta dulu,…rupanya anak kecil kalau sudah diberi perhatian dan terutama kasih, apalagi kalau tidak punya teman bermain, dia pasti (kebanyakan, menurut pengalaman saya ) akan menjawab dengan cara mereka sendiri, dan kesimpulan saya : anak-anak di mana pun puya bahasa universal…yah seperti itu tadi yang saya ceritakan di atas.
Hari Senin 20 Januari lalu kami (saya, Mario dan Pastor Alfredo) menonton bioskop “El Crimen del Padre Amaro” (The Crime of Father Amaro) film produksi Mexico yang berdasarkan sebuah novel tahun 1875, yang menceritakan Pastor Amaro (24 tahun) yang selingkuh dengan seorang guru muda di parokinya yang bernama Amelita. Film ini banyak memberikan kritik bagi gereja Katolik, bahkan sungguh keras seperti contohnya hosti tubuh Kristus yang diberikan untuk kucing peliharaan oleh seorang wanita yang taat pergi ke gereja, perselingkuhan 2 pastor di paroki, sampai akhirnya Amelita ini hamil dan karena sangat mencintai Padre Amaro, maka dia juga rela diantar Padre Amaro ini untuk aborsi, hingga aborsinya tidak berhasil dan tewas dengan pendarahan yang berat…di akhir cerita Padre Amaro masih tetap menjadi pastor bahkan mempersembahkan misa requiem bagi Amelita…wah sungguh sad ending…Bagi saya sendiri, film yang berdurasi hampir 2 jam ini mencerminkan apa yang sudah terjadi di gereja Katolik, dan memang ada kenyataan yang terjadi dan umat mengetahuinya, tapi masih tetap pula jadi pastor…hal semacam ini pernah saya dengar dari umat, tapi saya tidak tahu seberapa kebenarannya…Maka bagi saya sendiri sungguh pelajaran yang sungguh berarti untuk berhati-hati dengan relasi…karena ada tertulis dalam sebuah film…love-lust-sin, saya teringat pula nasehat para pembina saya di novisiat dalam menghadapi hal ini…fuge cito, fige longe, fuge semper (lari : cepat, jauh, selalu). Atau menurut nasehat dari pembimbing rohani saya dulu yang menyatakan bahwa hal semacam ini cepat atau lambat akan terjadi pula … kita dicintai atau kita mencintai atau dua-duanya, kalau dua-duanya terjadi itu sungguh berat, maka perlu perjuangan dan doa serta hubungan dekat dengan Kristus untuk mencari kehendak Tuhan dalam peristiwa itu, serta berani berkorban meninggalkan “jantung hati” yang lain, kembali kepada komitmen semula, dan yang penting jujur dalam diri sendiri dan kepada pembimbing rohani…
Minggu ini saya menerima kartu natal sederhana dengan foto seorang frater yang berambut gondrong, tidak salah lagi yang satu ini dari Sikabaluan-Mentawai yaitu Frater …tebak sendiri, maka saya menyampaikan terima kasih kepadanya, jauh dari Mentawai bisa nyampai juga ke Franklin ini, apa sudah terima pula kartu natal saya, frater?. Juga saya terima bulletin Misionaris Xaverian yang mengisahkan edisi natal juga halaman belakang tentang tahbisan imamat Pastor La Nike, saya senang dan menikmatinya (saya menerima bulletin ini dari Frater Petrus di Chicago, setelah dia baca lalu dikirikan kepada saya di Franklin ini). Hari Minggu pagi ini pula saya menerima kartu natal dari komunitas filosofan Cemput Jakarta, maka saya ucapkan terima kasih dan saya menunggu kabar kalian melalui kronik bulan Januari yah…saya tunggu.
Saya beberapa minggu lalu pernah dapat kabar dari Frater Didik yang menyatakan bahwa Frater John Teguh,cicm sudah ada di USA ini, maka baru minggu kemarin saya melacaknya. Pertama melalui internet, saya buka websitenya cicm lalu saya kirim melalui email kepada propinsial cicm Indonesia dan dia balas dengan memberi alamat email John, lalu saya juga kirim email ke propinsial cicm di USA dan sehari setelah itu dia juga balas malah memberi nomor telpon dan tempat tinggalnya. Malam kemarin langsung saya menelpon dia, dan akhirnya dapat berbicara di telpon…wah sungguh usaha pencarian dan pelacakan yang tidak sia-sia. Rupanya Frater John ini sudah sampai di USA 5 hari setelah saya tiba yaitu 17 November 2002, dan langsung kuliah bahasa di Washington, serta sekarang tinggal di San Antonio-Texas belajar teologi serta bahasa Inggris di dua tempat (universitas) yang berbeda…Baru kali kemarin dia menggunakan bahasa Jawa atau Indonesianya dengan aku…setelah sekian bulan tidak memakainya. Selamat belajar yah John…semoga cepat lancar dan selesai….
Suatu pengalaman kira-kira sebulan lalu yaitu di sini kalau mencuci baju sungguh sangat otomatis, membuat kita tidak capek, hanya dimasukkan dalam mesin cuci, lalu ke mesin pengering, sekitar 1,5 atau 2 jam sudah selesai, siap diseterika. Saya memiliki jaket kulit yang saya cuci lalu saya masukin ke mesin pengering…yang terjadi yah jaket itu berkerut-kerut jadi agak kusut karena kepanasan di mesin pengering serta menjadi kekecilan untuk saya pakai…maka ini menjadi pelajaran berharga bagi saya untuk berhati-hati memakai alat yang canggih ini.
Siang hari pukul 11.00 ada acara misa perutusan Pastor Vasco Milani,sx yang akan bertugas kembali di Brasil, dengan konselebran utama Uskup Agung Milwaukee Timothy M.Dolan. Acara ini diadakan di gereja St. Charles Boromeo dan dihadiri oleh umat yang memenuhi gereja. Misa cukup meriah dengan koor dan musik yang cukup indah, bahkan musik perkusi yang berirama merdu (semacam lonceng) dan lagu-lagu yang indah. Untuk pertama kalinya uskup ini misa di gereja ini, sekaligus perutusan Pastor Vasco ke tanah misi. Pastor Vasco memang bertugas cukup lama di Franklin ini dan banyak dikenal dan dicintai umat. Uskup Dolan sungguh sangat simpatik dengan gayanya berkhotbah sesekali mengundang tawa umat dengan humornya, bahkan ikut hadir ibunya Uskup serta keluarganya…yang menarik ia khotbah dengan turun panggung dan menggendong seorang bayi yang adalah keponakannya…Uskup ini bertubuh besar tinggi, bermuka kemerah-merahan karena keturunan Irish (Irlandia), wajahnya mirip dengan Pastor Jim Tully,sx…wajahnya selalu mengumbar senyum kepada umatnya…sungguh seorang gembala di tengah kawanan domba-dombanya…Sehabis misa sekitar 1,5 jam semua umat diundang ke basement untuk fellowship makan bersama dan beramah tamah, memang banyak sekali umat yang datang dan bersalaman dengan uskupnya. Komunitas Chicago datang pula ke acara ini yaitu : Petrus, Alexandro dan Pastor Rocco. Pukul 3 sore kami kembali ke rumah. Sore hari jam 5 kami makan bersama di rumah Franklin ini dengan masakan ala Italia yang disajikan dan dipersiapkan sejak pagi oleh sahabat pastor Xaverian dari Chicago yang berasal dari Italia, … pasta, tiramisu (kue yang rasa kopi), anggur , dan selalu mereka parlo Italiano…
OK sekian dulu pengalaman saya minggu ini, sampai jumpa minggu depan dengan pengalaman yang pasti berbeda dengan sekarang…
Salam dan doa saya selalu di akhir bulan pertama tahun 2003 ini :
Frater Denny Wahyudi,sx

No comments: