Friday, June 03, 2005

26th Sunday in Ordinary Time, September 26, 2004

4) 26th Sunday in Ordinary Time, September 26, 2004

Monday, September 20, 2004. This morning after the Mass, I was opening my e-mail and I got an e-mail from an Indonesian Xaverian student who just came in Paris, France to study France, named Agung. I was glad to know about him and Hebry (the other Indonesian student) who about to begin their international experience. They sent their pictures taken by Father Stefano Coronese, SX. Now, the Indonesian Xaverian students have scattered all over the world in our International Theologies. They are Utomo in Parma-Italy, Marsel in Manila-Philippines, Maryono and Made in Mexico City-Mexico, Agung and Hebry in Paris, and in Chicago-USA there are four students: Petrus, I, Ignas and Dharmawan, and Suharno in Milwaukee-USA. So, totally there are 11 Indonesian Xaverian students who are in the International Theologies. There are 11 Indonesian priests now plus one deacon who will be ordained priest at the end of this year, namely Natty. In order to keep in touch one another, Dharmawan and Ignatius had initiated to open a yahoo-group that we can up date our stories, pray each other even share our pictures. It’s a great idea that they have begun a couple of months ago. I’m glad also that our philosophy students in Indonesia have joined this media, so that this morning I could see some pictures of their activities in Indonesia. I was able to see some new students in philosophy house and some pictures that depicted faces of some Xaverian priests and students in the assembly. Many thanks to Rendy, a 4th year of philosophy student in Jakarta-Indonesia, who has sent those pictures and we hope that we can share also our own stories and pictures to our yahoo-group. Even though we are in distant, but we still try to remember each other.
As Father Rocco, my rector in the Xaverian theology house of Chicago advised me this afternoon in the personal formation meeting that I should start my new genre to write my journal. Like what I am doing now; not mere my routine activities but mainly I write what impressed me on the recent day. It is a good insight that actually I have known before, but it’s difficult to change what I have done and accustomed so far. Hopefully, with this exercise, I will be able to express my deep heart voice into writing as well as improve my grammar in English that still need to be corrected. In the formation meeting today, I received an evaluation from the formators and I am grateful to God and to all of my confreres who have supported me positively in the community life. It is a good start to continue my journey day by day toward a goal, missionary-religious-priesthood.
Today also there was an Indonesian General Election for second period to elect president and the vice-president. We pray and hope that everything will be running well these coming days whoever will be elected. May all people who involve in this political activity keep their responsibility to maintain peace and justice for all Indonesian people.

Tuesday, September 21, 2004. This morning I had a theological reflection meeting with my group in the Claretian House. What struck me: as I entered their house I saw a board with some photos of the Claretian students and the formators. They have some older American (USA) students and some Latin Americans and Africans. In our sharing, one Claretian student named Manuel from Peru said that he entered Claretian when he was about 40 years old. I guess some of the American Claretian students are over 50’s; they already have gray hair. I see the fact that the Claretian has about 19 students including their new novices; one of them is a Mexican, a former of Xaverian student. It’s a reality of religious vocation life in the USA. Then I compared to my own Xaverian Society: I am wondering that now we don’t have anyone of the USA men joining us while the other congregations have some vocations. Don’t we have enough effort and strategy to get some? Do we learn from other congregations? My theological reflector named Father Mark Schramm, SVD as formator mentioned that SVD in the USA has a lot of students, about 70 students who mostly Vietnamese-Americans. He said proudly that their charism in the beginning was living and receiving others who are different ethnic, background, culture, etc. It requires a lot of patience and humility; both a grace and challenge to live together as brothers. I think this case is really serious homework for us as Xaverians in the USA; how do we see our future as congregation who does not have improvement in some years dealing with vocation candidates. As a young Xaverians, I support our vocation ministers to continue their work with more actively engage this case. I don’t have any idea what I could contribute to this effort; probably with prayer and my life witness in my ministry.

Wednesday, September 22, 2004. In the class of Sacraments I (Initiation and Reconciliation) taught by Father Fragomeni, I was interested to what he elaborated regarding hierarchical pyramid in the Catholic Church in which women are placed at the bottom then God as the peak, followed by Pope, Cardinals, Bishops, Clerics, etc. Humorously, he said: “The more the authority of the Church are distant of the women, the more they dress like women.”
Looking at my courses this semester, they seem require a lot of assignment both reading and writing; almost every week I have to do those assignments; hopefully, I will be able overcome these learning process. How come I do all of these? I am sure the only answer is perseverance and mindfulness using my kairos day by day.
Today I am grateful to have some pictures sent via e-mail by my CICM seminarian friend who studies theology in San Antonio –Texas, that is John Teguh. There are 30 pictures illustrate Austin’s recital activity. He’s my classmate in Driyarkara School of Philosophy in Jakarta-Indonesia. Receiving happiness of the other such as him, made my day also gave a good meaning as I reflected upon my life today. One e-mail from Harno in Milwaukee that forwarded e-mail of Father Bruno in Jakarta, consoled me as well in my silence time opening my e-mail at CTU while I was waiting for Sacrament II that started at 1 p.m.

Thursday, September 23, 2004.

Friday, September 24, 2004.

Saturday, September 25, 2004.

Sunday, September 26, 2004.

4) Hari Minggu Biasa ke-26, 26 September 2004

Senin, 20 September 2004. Pagi ini setelah misa, saya membuka e-mail dan saya mendapatkan sebuah e-mail dari Frater Agung, SX yang sudah beberapa hari di Paris-Prancis untuk studi bahasa Perancis. Saya senang sekali mengetahui kabar mereka, yaitu Agung dan Hebry yang akan memulai pengalaman internasional mereka. Mereka mengirimkan photo-photo yang diambil oleh Pastor Stefano Coronese, SX, yang juga nampak di photo mereka. Sekarang ini, para frater SX asal Indonesia sudah terpencar di lima negara untuk studi bahasa dan teologi. Mereka adalah: Utomo di Parma-Italia, Marsel di Manila-Philippina, Maryono dan Made di Mexico City-Mexico, Agung dan Hebry di Paris-Perancis, dan di Chicago-USA ada empat yaitu: Petrus, saya (Denny), Ignas dan Dharmawan, dan satu lagi yang baru datang awal September 2004 lalu Suharno berada di Milwaukee-USA. Maka, jumlah totalnya ada 11 frater SX Indonesia yang berada di teologi internasional. Saat ini sudah ada 11 pastor Xaverian asal Indonesia plus satu diakon yaitu Natty yang rencana akan ditahbiskan imam di akhir tahun ini. Dalam rangka menjaga hubungan baik antar sesama frater SX Indonesia di seluruh dunia, Dharmawan dan Ignatius telah memulai membukan sebuah wahana atau teknologi di yahoo-group di mana kita dapat menyumbangkan kisah pengalaman kita masing-masing, saling mendoakan bahkan berbagi photo. Ini suatu ide cemerlang yang sudah mereka mulai beberapa bulan lalu dan selayaknya kita teruskan serta kita patut bersyukur atas prakarsa mereka, terutama Dharmawan. Saya turut gembira bahwa para frater philosophan kita di Jakarta-Indonesia juga ikutan menyumbangkan cerita dan photo di media yahoo-group ini, sehingga pagi ini saya bisa melihat beberapa photo kegiatan mereka di Cempaka Putih-Jakarta. Saya bisa melihat beberapa wajah baru para frater SX di Cempaka Putih Raya 42 yang rumahnya sedang direnovasi serta wajah para pastor dan frater SX ketika mengadakan asemblea di Canosa-Jakarta. Banyak terima kash kepada Frater Rendy, frater tingkat 4 di Cemput Jakarta-Indonesia, yang telah mengirimkan photo-photo ini dan kami berharap semoga kita semua dapat berbagi kisah dan photo di wahana yang sudah tidak asing lagi di zaman kita ini. Kendati kita sudah tidak berkumpul bersama alias berjauhan jaraknya, namun kita masih mencoba untuk mengingat satu sama lain.
Sebagaimana Pastor rektor saya bernama Pastor Rocco, memberikan masukan pada saya sore ini dalam suatu colloquium alias bimbingan/pembinaan pribadi yaitu sudah waktunya saya memulai gaya bahasa baru dalam menulis jurnal mingguan saya ini. Seperti saya lakukan saat ini; tidak melulu kegiatan rutin saja yang bisa membuatku bosan dan orang yang baca pun juga bosan yah? Tapi terutama saya menulis apa yang menjadi refleksi mendalam saat kini/hari ini. Ini suatu masukan yang bagus yang sebenarnya saya sudah mengetahui sebelumnya, namun memanglah sulit untuk mengubah begitu saja kebiasaan yang sudah tertanam lama dalam diri saya untuk menulis yang itu-itu saja. Maka saya bersyukur kepada rektor saya ini yang sekali lagi memberikan masukan berharga. Kiranya, dengan latihan ini yang memang menuntut kreativitas dan ketekunan, saya akan mampu mengungkapkan suara hati yang mendalam ke dalam wujud tulisan ini juga memperbaiki tata bahasa Inggris saya yang masih kacau dan perlu perbaikan. Dalam colloquium/pembinaan pribadi tadi, saya menerima suatu laporan evaluasi dari para formator dan saya bersyukur kepada Allah dan semua para saudara se-Xaverian di sini yang sudah dengan positif menerima keberadaan saya sebagai satu saudara dalam payung Conforti, dalam komunitas religius. Ini adalah suatu awal yang baik untuk terus melanjutkan kisah perjalanan saya hari demi hari menuju suatu tujuan yang kita impikan bersama, imamat misionaris religius.
Hari ini juga adalah hari Pemilihan Umum putaran kedua di Indonesia tercinta untuk memilih presiden dan wakilnya. Kita berdoa semua bahwa segalanya akan berjalan dengan lancar dalam hari-hari mendatang ini siapa pun atau apa pun hasilnya. Semoga semua orang yang berkecimpung dalam dunia kegiatan politik tetap menjaga tanggung jawab utama mereka menjamin keadaan aman, damai dan adil untuk segenap rakyat Indonesia.

Selasa, 21 September 2004. Pagi ini saya mengikuti pertemuan refleksi teologi dengan kelompok saya di rumah Claretian. Yang membuat saya kagum adalah: ketika saya masuk ke rumah Claretian, saya melihat sebuah papan berisi photo-photo para frater Claretian (CMF) dan dua pastor pembina mereka. Mereka memiliki beberapa frater asal Amerika (white American, USA) dan beberapa asal Amerika Latin dan Afrika. Dalam sharing bersama kami, seorang frater Claretian bernama Manuel asal Peru bercerita bahwa ia masuk ke Claretian saat berusia 40 tahun karena keaktifan pastor Claretian mengajak dia ikut retret panggilan (sedikit dipaksa). Saya kira beberapa frater Claretian asal USA ini sudah di atas 50 tahun, sebab sudah berambut putih. Saya melihat fakta lain yaitu Claretian memiliki sekitar 19 frater termasuk novis baru mereka; satu dari mereka adalah asal Mexico yang adalah mantan frater Xaverian yang studi di CTU-Chicago. Ini adalah suatu kenyataan panggilan hidup religius di USA saat ini. Kemudian saya membandingkan dengan serikat saya sendiri, Serikat Xaverian di USA ini. Saya heran bahwa hingga saat ini tak satu pun orang asli USA ini bergabung dengan kami sementara beberapa kongregasi lain memiliki panggilan, bahkan berlimpah. Tidakkah kita sudah cukup berusaha keras dan memiliki strategi jitu untuk mendapatkan panenan? Apakah kita sudah belajar dengan rendah hati dari serikat lainnya? Pendamping refleksi teologi kami yaitu Pastor Mark Schramm, SVD, yang juga adalah pembina para frater SVD di Chicago menyatakan bahwa SVD memiliki banyak frater di USA ini, sekitar 70 orang di Chicago yang studi di CTU yang kebanyakan adalah keturunan Vietnam-American. Ia berkata lebih lanjut dengan bangga bahwa karisma serikatnya sejak awal sudah hidup dan menerima keanekaragaman: suku/keturunan, budaya, latar belakang, dsb. Ini memang membutuhkan banyak kesabaran dan kerendahan hati; juga merupakan suatu rahmat dan juga sekaligus tantangan untuk hidup bersama sebagai sama saudara dalam pluralitas. Saya kira masalah ini sungguh suatu masalah yang serius yang menjadi PR bagi kita semua sebagai Xaverian di USA ini; bagaimana kita melihat masa depan kita sebagai kongregasi yang tidak memiliki kemajuan berarti dalam beberapa tahun terakhir ini berkaitan dengan calon-calon dari USA ini. Sebagai seorang frater SX muda, saya mendukung para pastor yang berkarya dalam menjaring panggilan ini untuk terus melanjutkan usaha mereka dengan lebih aktif dan proaktif menangani masalah ini. Saya tidak memiliki ide cemerlang untuk menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk hal ini; paling-paling saya bisa berdoa dan memberikan kesaksian hidup harian terutama dalam kegiatan kerasulan saya.

Rabu, 22 September 2004. Dalam kuliah Sakramen I (Initsiasi dan Rekonsiliasi) yang diajar oleh Pastor Fragomeni, saya tertarik dengan apa yang ia uraikan mengenai hirarki yang berbentuk piramid dalam Gereja Katolik di mana kaum wanita terletak di bagian paling bawah piramid, Allah di puncak piramid diikuti oleh pihak pimpinan Gereja yaitu Paus, Kardinal, Uskup, Kaum Klerus, dst. Dengan nada humor, professor yang pandai bicara seperti pemain sandiwara/teater berkata: “Semakin penguasa Gereja memiliki jarak yang jauh dari kaum wanita, semakin mereka berpakaian seperti kaum wanita (pakai baju jubah panjang-panjang, mitra seperti mahkota/ perhiasan: cincin, kalung, dst)”.
Melihat dan merenungkan kuliah saya semester ini, nampaknya banyak pula tugas yang harus kujalani dari membaca dan menulis paper-paper yang hampir setiap minggu selalu menuntut kerja dan waktu extra; semoga saja saya dapat mengatasi dengan baik dalam proses pembelajaran ini. Bagaimana saya dapat mengerjakan ini semua? Nampaknya kok yah sulit sekali, tapi saya percaya jawabannya tidak lain adalah ketekunan, perhatian dan kesadaran sungguh-sungguh menggunakan ‘kairos’ waktu hari demi hari yang cukup berharga ini.
Hari ini saya bersyukur telah menerima email berupa photo-photo kegiatan teman saya yaitu Frater John Teguh, CICM yang kuliah teologi di San Antonio – Texas. Ada 30 photo yang menggambarkan kegiatan recital musik para kawula muda Katolik di Austin. Frater yang nampak gundul di photo sama seperti saya 3,5 bulan lalu nampak cukup segar dan ceria bergaul ama anak-anak muda Indonesia Austin; dia adalah teman sekelas saya ketika studi di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara-Jakarta. Menerima sharing kebahagiaan dari orang lain seperti sahabat saya ini, membuat hari saya ini juga mengandung makna yang indah seperti renungan saya akan makna hidup hari ini. Satu e-mail kuterima dari Frater Harno, SX di Milwaukee yang mem-forward e-mail dari Pastor Bruno, SX di Jakarta, turut menghiburku di sela-sela keheningan waktu saat membuka e-mailku di CTU sambil menunggu kuliah Sakramen II yang dimulai pukul 1 siang hari ini.

Kamis, 23 September 2004.

Jumat, 24 September 2004.

Sabtu, 25 September 2004.

Minggu, 26 September 2004.

No comments: