SURAT BULAN FEBRUARI 2003
1. Hari Minggu Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah, 02 Februari 2003
Hari Senin, 27 Januari 2003 : Kami memiliki teman baru di SHST-sekolah bahasa Inggris kami, yaitu seorang pastor SCJ yang bernama Pastor Sandro, berasal dari Italia, 16 tahun bekerja di Mozambique, ia masuk program intermediate English, satu level di bawah saya. Mungkin umurnya sekitar 50-an tahun. Pada hari Senin ini juga kami melakukan perjalanan (field trip) bersama kedua guru kami sebagai sopir dan teman-teman, semuanya sekitar 11 orang. Kami berangakat pukul 9 pagi menuju downtown Milwaukee, mengunjungi perpustakaan umum dan dipandu seorang ibu tua yang menjelaskan tentang sejarah gedung perpustakaan yang dibangun sekitar tahun 1890-an. Fasilitasnya lumayan lengkap, dengan internet online gratis dan ruang khusus untuk anak-anak. Hari itu juga banyak anak-anak SD yang berkunjung. Lalu kami menonton film di Museum Milwaukee yang berjudul Kilimanjaro, mengisahkan pendakian sekelompok anak muda dan orang tua di gunung yang penuh fenomena alam berada di Afrika Timur (Tanzania), karena ada bagian gunung itu yang diselimuti salju, ada yang padang belantara, ada juga yang dipenuhi tanaman seperti hutan…sungguh indah sekali, apalagi film ini disajikan dengan layar IMAX yaitu menontonnya melihat ke atap berbentuk setengah lingkaran, jadi seperti tiga dimensi saja…yang nonton pun penuh kebanyakan anak SD pula. Setelah selesai nonton sekitar 40 menit, kami istirahat makan siang yang kami bawa dari SHST. Lalu melihat museum Milwaukee yang penuh dengan diorama atau tiruan segala budaya di dunia, budaya Indonesia pun juga ada : wayang atau adat Jawa dan Bali…Sore hari pukul setengah tiga kami pulang kembali ke SHST. Meskipun tidak lama seperti perjalanan kami dulu waktu liburan tahun lalu, tapi lumayan menambah pengetahuan saya tentang kota Milwaukee dan juga film IMAX.
Hari Selasa 28 Januari pagi turun salju sehingga pemandangan musim dingin kembali terlihat. Di komunitas kami ada tamu yaitu ketiga pastor SX yaitu: Dario, Ken, dan Aniello, yang merupakan tim untuk mewawancarai kami satu-persatu ttg beberapa hal, saya juga sudah wawancara dengan mereka, dengan modal English dan sedikit pengalaman dan pengetahuan saya tentang hidup studi dsb.
Hari Rabu, 29 Januari malam kami sekomunitas makan malam di Porter House, sebuah restaurant ala Amerika, kami makan steak…sebagai acara perpisahan sekaligus pelepasan dengan Pastor Vasco Milani,sx yang akan bertugas di Brazil. Dan hari Kamis 30 Januari sore jam 4, Pastor Vasco terbang menuju ke Belen-Brazil untuk tugas barunya. Ini merupakan tugas ketiga kalinya di Brazil.
Hari Sabtu hari pertama bulan Februari kami pergi ke Chicago menginap semalam di komunitas teologi SX. Sore hari hingga malam saya diajak frater Alexis untuk menghadiri undangan party teman sekolah bahasa Inggrisnya, yaitu orang Jepang Yoko. Di party ini saya bertemu pula dengan Pastor Eko, cm yang studi untuk Master bidang education di De Paul University. Rupanya saya pernah bertemu dia di Seminari Projo Sintang di Bandung, ketika saya masih kerja dan berkunjung ke sana, tapi dianya sudah lupa, karena sudah lama, sekitar tahun 1994-an. Selain itu ada pula orang Argentina, Jepang, orang US sendiri. Di acara yang informal dengan makanan Jepang diantaranya sushi (mirip lemper), saya bisa praktek English saya, sampai kedua pasangan orang Argentina itu mengira saya berasal dari Jepang, dan juga tamu dua orang laki-laki Jepang mengira saya berasal dari Singapura…mungkin karena English saya sudah begitu ‘lancar’ kali…. Yah saya jawab : I am just trying. Kami sempat pula mengantar Pastor Eko ke tempat tinggalnya, berupa apartemen para Vicentian (pastor dan bruder CM) dekat Universitas DePaul University di Chicago.
Hari Minggu, 2 Februari pagi pukul 9 kami menuju ke gereja St.Theresia, Chinese mission-nya Xaverian di Chicago. Kami menghadiri misa Imlek di gereja yang berornament Chinese itu. Mulai pukul 10 pagi diawali dengan tarian baraongsai dengan bunyi petasan yang cukup kencang berderetan, kedua barongsai menari-nari menuju depan altar, lalu ada tarian dua gadis kecil dengan tarian pitanya, disusul tarian Indonesia : tari topeng dan tarian ala Jepang dengan tambur yang dimainkan 4 remaja putra-putri, lagi tarian Indonesia dibawakan dua gadis orang Indonesia, dan diakhiri dengan tarian kipas ala Cina yang dibawakan oleh seorang suster hati kudus dari Hong Kong dengan pakaian Mandarinnya. Kemudian dilanjutkan misa yang dihadiri pula Uskup Bishop John Gorman, dan konselebran utamanya seorang Amerika bule (mungkin SVD) yang fasih berbahasa Cina Cantonese. Setelah misa umat pun maju mendapat ang pao, saya juga ikutan, isinya $ 1.0. Selesai misa umat menuju basement bawah gereja untuk makan siang, ada nasi kuning yang dibuat oleh ibu-ibu PWKI (perkumpulan katolik Indonesia) dan gethuk. Suasana memang ramai…dan kebanyakan memang ibu-ibu dan anak-anak perempuan. Yang menarik adalah yang ikut misa kebanyakan umat etnis Cina dan juga keturunan Italia, berbaur bersama merayakan tahun baru Imlek 2554, tahun kambing.
Selesai acara pukul 13.15 kami pulang ke Franklin-Milwaukee dijemput pastor rector kami Alfredo, ikut pula Pastor Kenneth Cannon. Sore hari pukul 5 kami pergi lagi untuk undangan makan malam di Kof C (Knight of Columbus) bersama para seminaris dan pastor projo Milwaukee. Ada diakon projo yang asalnya dari Columbia, juga Amerika Latin, mereka menjadi calon imam diosesan keuskupan Milwaukee-USA ini.
Saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU IMLEK 2554
GONG XI FA CAI, bagi Anda semua yang merayakannya….semoga di tahun baru tahun kambing ini semakin banyak berkat jasmani dan rohani….
Salam dan doa saya bagi Anda semua di awal bulan Februari 2003 ini,
Frater Denny Wahyudi,sx
2. Hari Minggu Biasa V, 09 Februari 2003
(Saya minta maaf kalau Anda selalu terima email panjang saya mingguan, kalau tidak berkenan dikirimi bilang saja, aku akan hapus alamat email Anda di daftar mailist saya, atau kalau tidak mau baca semuanya yah saya juga tidak keberatan, saya hanya mau berbagi saja apa yang bisa saya sharingkan….tanpa ditanggapi pun saya juga tidak menuntut…sekali lagi terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf kalau ini mengganggu Anda…)
“Second Carrier”. Setiap hari Rabu kami mengikuti formation class dari jam 9 hingga 10. Ada 8 murid, 3 diantaranya adalah kami, dan seorang bruder yang kira-kira 60-an tahun, dan 4 orang seminaris berumur sekitar 60-an juga. 4 orang terakhir itu tinggal di SHST menjalani hidup panggilan sebagai seminaris, calon pastor di Gereja Katolik, dari keuskupan mereka masing-masing di USA ini. Yang menarik adalah meskipun mereka sudah beranak-istri dan bercucu, namun mereka punya komitmen untuk menjalani panggilan kedua, yang biasa disebut “second carrier”. Tentunya mereka sudah tidak beristri lagi, alias duda (isteri mereka sudah meninggal dunia) dan anak serta cucu mereka sudah tidak menjadi tanggungan mereka lagi sebagai ayah, kepala keluarga. Hal semacam ini rupanya umum di USA ini, yang belum pernah saya dengar terjadi di Indonesia. Karena mereka baru masuk seminari awal tahun ini, jadi mereka juga baru belajar berdoa brevir, yang bagi kami sebenarnya sudah tidak asing lagi. Sudah 2 kali pelajaran Pastor Charley,scj yang mengajar selalu membahas ttg doa brevir, sampai kami merasa boring, tapi karena sudah jadi kelas wajib kami, yah kami jadi good listener. Saya tertarik ingin bertanya lebih jauh bagaimana mereka punya panggilan ingin jadi pastor setelah selesai menjalankan tugas sebagai ayah dalam keluarga…tunggu saja laporan saya di kesempatan-kesempatan mendatang…..
Hari Jumat 7 Februari kami bertiga (Pastor Alfredo, Mario dan saya) pergi ke bandara O’Hare Chicago untuk menjemput teman sekelas kami Jesus (Chuy) yang pulang ke rumahnya di Torreon-Mexico untuk menjenguk bapaknya yang sakit keras dan beberapa saat sebelum meninggal dunia, dia masih sempat melihatnya. Udara di bandara jam 10 malam itu terasa cukup dingin, sehingga kami cepat-cepat masuk ke gedung bandara yang terkenal sangat besar dan sibuk itu.
Para murid terutama seminaris di SHST punya spiritual advisor, begitu pula kami. Saya sendiri baru colloquium (bimbingan rohani) dengan spiritual advisor saya seorang suster biarawati sekitar 60an tahun yaitu Sr. Lucelle Flores yang fasih berbahasa English dan Spanyol, karena berasal dari New Mexico. Sebulan sekali kami akan bertemu selama sejam. Jadwal saya Cuma 3 kali yaitu Februari, Maret dan April, soalnya 2 Mei adalah hari terakhir sekolah bahasa kami di SHST. Rencananya saya akan memberi tulisan harian saya (mingguan, seperti yang saya tulis ini) yang saya terjemahkan ke English dan saya berikan kepada pembimbing rohani saya itu, supaya dia juga paham dan mengetahui saya dan kegiatan serta kehidupan saya di sini.
Hari Jumat lalu saya sempat kontak lewat telepon dengan sesama teman sekelas saya di SX yang mengadakan pertemuan ke dua para tomer (tahun orientasi misoner) mereka di Padang. Saya sempat bicara dengan Marsel, Made dan Didik. Maka lewat email ini saya hanya mengucapkan salam kembali buat kalian dan teman-teman lain : Emanuel, Dharmawan, Ignas yang tidak sempat bicara lewat telepon. Saya berdoa dari sini untuk kesuksesan dan kesetiaan kalian dalam panggilan ini, juga dalam karya misioner kalian masing-masing di tanah misi di Sumatera maupun Yogya serta kelancaran untuk tahap berikut menuju Teologi Internasional, sesuai cita-cita kalian serta kehendak ilahi melalui pembesar kita. Juga untuk Frater Jaya yang sedang sibuk di Jakarta semoga sukses menyelesaikan tugas terakhirnya di STF……
Saya juga mau mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada para frater novis SX di Bintaro yang sudah mengirim surat lewat email kepada saya, semoga dengan tulisan-tulisan saya yang terus kalian baca setiap minggu ini dapat menambah semangat kalian dalam berproses menuju panggilan missioner, di tahun-tahun awal ‘kawah candradimuka’ Bintaro…yang asri dan permai….Saya menunggu surat para Pra-Novis yah….
Tidak terasa saya tinggal di USA ini hampir 3 bulan, tepatnya 12 Februari nanti. Sejauh ini memang banyak kegiatan sudah dijalankan terutama jalan-jalan, karena memang tahun lalu hanya sempat kuliah English 3 minggu lalu libur 1 bulan lebih yang dipakai untuk jalan-jalan mengunjungi para konfrater di Chicago, New Jersey dan Massachusetts. Saya juga sudah menjalani sekolah English ini selama 4 minggu, dan tinggal sisanya 10 minggu yang bakal selesai 2 Mei. Kegiatan utama saya memang studi English dengan waktu yang cukup singkat, maka jadi kewajiban saya untuk menggunakannya dengan baik. Selain studi sebagai menu ketat setiap hari, saya hanya punya kerja atau opera tiap Sabtu pagi setelah meeting dengan para teman sekelas bersama Pastor Alfredo rector kami, yaitu biasanya kerja ringan membersihkan kapel dengan vacuum cleaner. Atau pergi ke basement tempat laundry rumah ini untuk mencuci baju serta meyetrika, semua alatnya serba otomatis dan instant. Paling tidak saya bisa memberi jadwal harian saya di sini : pagi bangun jam 6.15, langsung mandi dan punya waktu untuk doa pribadi sekitar 30-45 menit di kapel. 7.30 tepat misa pagi di kapel bersama komunitas, kecuali hari Rabu kami misa di kampus bersama para pastor dan seluruh penghuni SHST di kapel yang cukup besar milik SCJ itu. Jam 8 pagi kami makan pagi seadanya, biasanya saya makan roti atau kue-kue kering yang ada di sini dan minum es the yang sudah ada di gallon. Pukul 8.30 kami pergi menuju ke SHST diantar dengan mobil oleh Pastor Alfredo rector kami tercinta. Perjalanan hanya 5 menit dan pukul 9.00 hingga 14.00 kami sekolah bahasa Inggris. Pulang dijemput juga oleh Pastor Alfredo karena kami belum punya SIM, sampai rumah biasanya saya istirahat ‘siesta’ sekitar satu jam dan setelah bangun ada waktu 1 jam untuk homework. Jam 17.30 acara doa sore bersama Vesper di kapel, biasanya saya 20-30 menit sebelumnya sudah di kapel untuk bacaan rohani atau sekedar hening. Setelah Vesper sekitar 15 menit, kami langsung makan malam bersama yang sudah dimasakkan oleh Carol, seorang ibu tua yang datang ke sini tiap hari (jam 1 siang hingga 4 sore) hanya untuk masak kecuali Minggu. Selesai makan kami biasanya bersama-sama mencuci piring dan membereskan meja makan bersama-sama, karena di sini tidak ada pembantu dan kami hanya 7 penghuni saja (4 pastor dan 3 student). Selesai makan dan cuci piring biasanya acara bebas, yah saya gunakan untuk mengerjakan PR yang biasanya selalu ada dari sekolah, juga membaca berita ttg Indonesia di internet, biasanya saya buka editorial media Indonesia atau kompas.com, atau detik.com, tempointeraktif.com….Malam biasanya saya tidur pukul 10.30, namun karena sekarang ini lagi banyak PR saya biasakan untuk tidur jam 12 malam. Kalau hari Sabtu dan Minggu biasanya libur sekolah, kami di rumah saja. Minggu pagi ikut misa dengan salah satu pastor yang melayani misa di nursing home (panti jompo) atau salah satu paroki dekat sini. Itulah kegiatan saya sehari-hari….
Saya juga mau sedikit sharing ttg kuliah bahasa Inggris di sini. ESL-Program di SHST (English as Second Language di Sacred Heart School of Theology, milik SCJ) ini memang sekolah yang cukup kaya, dilihat dari gedung serta luas lahannya, wah seperti sebuah monastery atau castle…nampak dari jauh bangunan utamanya yaitu kapel yang berbentuk melingkar dihiasi mahkota di atapnya dan sebuah salib besar….begitu megah dan halaman hijau yang sungguh luas. Juga dari kafetarianya yang cukup luas bisa menampung sekitar 150-an orang dengan menu makan siang yang setiap hari berbeda dan sistemBUFFET, membuat perut saya bertambah besar….terbukti dengan celana saya yang mulai sempit untuk dipakai terutama bagian perut…Kuliah English di sini cukup santai dan tidak banyak tuntutan seperti sekolah-sekolah pada umumnya, karena memang tidak ada test yang menuntut, Cuma memang harus ngerjain PR setiap hari. Sistemnya cukup fleksibel dengan 2 guru wanita Ruth dan Andrea cukup akrab dengan kami, dan keduanya juga baru 2 tahunan bekerja di SHST ini. Ruth yang memiliki 4 anak ini sudah punya pengalaman banyak di luar negeri sebagai guru English seperti di Jepang, Selandia Baru, Inggris dan masih banyak kota lain di USA ini, dia juga bergelar sampai S-3, usianya sekitar 47 tahun. Andrea masih muda kelahiran tahun 1970, keturunan India tapi sudah lahir di USA ini, sudah bersuami dan sedang studi juga untuk S-3. Kami biasanya diuji saat akhir masa kuliah untuk melihat sejauh mana perkembangannya…juga rencana akan ada test TOEFL bulan April nanti. Kelas yang kami ikuti diantaranya adalah : grammar biasanya mengerjakan PR yang isinya grammar sekarang sudah sampai Past Perfect dan Past Perfect Progressive, writing kami punya PR menulis provocative title dan saya mencoba menulis tema yang sangat provokatif yaitu ‘Prayer is a waste of time’ meskipun dalam hati dan praktek pribadi saya tidak setuju, juga diberi bahan untuk rileks menonton video yang minggu lalu berjudul “Three Amigos” penuh dengan idiom dan kata serta ungkapan yang juga dipelajari di kelas (film ini bercerita ttg 3 aktor bintang Hollywood yang pergi ke Mexico “Santa Poco” dan cukup konyol berbentuk lelucon…), kami juga latihan TOEFL yang sudah saya lakukan 2 kali, yang pertama skor saya 506 dan kedua 503, yang sulit bagi saya bagian listening karena memang pertama belum biasa mendengar native American bicara dan juga kosa kata yang digunakan meskipun bentuk soalnya pihlihan ganda. Reading dan juga menulis bacaan pribadi di selembar kertas tiap minggu merupakan latihan bagi saya untuk bisa menulis pribadi apa yang sudah dibaca dengan kata-kata sendiri dalam English lalu hari Senin dipresentasikan di kelas tanpa membaca…ini bagus buat saya yang sulit untuk bicara lancar di depan publik, maka untuk latihan saya punya catatan kecil berupa point-point yang hendak saya sampaikan dalam waktu 5 menit saja, di bagian akhir setelah itu guru dan murid lain akan bertanya kepada saya. Atau juga kelas diskusi dimana guru memberi kasus dan kita berargumen di depan kelas serta berdebat sedapat mungkin mempertahankan pendapat kita, ini juga cukup menarik. Ada pula liturgical reading dimana kami dilatih untuk membaca dengan benar bacaan liturgy yang dipilih, dan juga direkam sendiri. Ini adalah kelas pronunciation, di kelas ini saya cukup senang karena bagi saya pronunciation waktu membaca tidak terlalu banyak kesalahan, paling kata-kata tertentu saja yang harus dibedakan seperti kata yang berakhiran ed dan t, juga intonasi atau stress (tekanan) dalam sebuah kata atau kalimat itu sangat penting di USA ini, supaya orang sini paham apa yang kita sampaikan. Juga ada PR pribadi untuk mengerjakan buku latihan tentang dictionary English yang cukup menyita perhatian dan konsentrasi. Yang menarik memang system belajarnya tidak kaku seperti akademik….justru di sini saya ditantang untuk belajar kreatif sendiri pula. Yah refleksi saya : belajar bahasa itu adalah sebuah proses yang tidak ada hentinya….selalu ada kata baru yang saya tidak tahu dan harus rajin buka kamus…dan juga harus rajin berbicara, menulis mengungkapkan pikiran dan perasaan, pendapat dsb. Bagi saya sendiri sebenarnya style bicara saya tidak terlalu medok Jawanya, malah cenderung seperti gaya orang native Amerika sini, wah saya nggak sombong lho…ini kata orang sini bukan hanya pendapat saya. Sr.Lucille spiritual advisor saya sendiri juga heran karena saya baru saja tiba hampir 3 bulan lalu, sudah agak lancar meski kadang salah-salah mengucapkan kata atau grammar, tapi setidaknya lebih baik daripada orang lain yang sudah 1-4 tahun di Amerika sini tapi tidak begitu maju, dia bilang aksen saya bagus, begitu pun waktu mengucapkan kata-kata dalam bahasa Spanyol, karena saya tahu sedikit seperti : Gracias, de nada, no hay de que, lalu dia bilang saya punya bakat bahasa, yah saya tahu itu, tapi saya belum menemukan metode atau belum begitu giat untuk melatihnya secara pribadi….. Ini semua saya sadari dan saya syukuri sebagai talenta yang diberikan Tuhan, dan jadi PR bagi saya untuk terus mengasahnya.
Tanggal 28 Februari nanti ada acara di SHST ini yang dinamakan ‘Follies’, ini acara tahunan di sekolah ini yang menampilkan beragam pertunjukkan di panggung yang menimbulkan banyak humor dan bakat dari masing-masing kelompok student, guru maupun karyawan di sini. Ada ide dari kelompok kami ESL-Program yaitu dari Oscar asal Colombia yang adalah calon imam keuskupan Salt Lake City (Utah State). Yaitu : tari dan lagu yang cukup lucu…yaitu tiap orang dari kami mengenakan topi dari kertas karton yang berbentuk panjang menutupi kepala hingga pinggang (di topi itu di lubangi kecil untuk mata kita supaya bisa melihat, lalu di atas kaki kita ada sepotong celana sepanjang celana milik orang cebol atau orang pendek yang diisi dengan keratas Koran dan tepat di atasnya disambung dengan kaos panjang yang diisi dengan kertas Koran juga. Jadi kaos panjang ini terletak diantara pinggang dan paha bagian bawah….kalau Anda membayangkan mungkin sulit…tapi kalau sudah mencoba, wah betul-betul lucu dan menarik sekali, apalagi bila dilihat dari belakang dan kita merangkak atau naik tangga…wah nampak dari belakang seperti benar-benar orang cebol lagi jalan…ini bukan untuk melecehkan orang cebol tapi hanya sebagai pertunjukkan saja untuk ‘follies’ nanti, selain tidak perlu banyak latihan, ini termasuk murah meriah dan lucu…bersama-sama menjadi orang cebol yang menari di atas panggung dengan topi besar yang ditulisi ESL-SHST diiringi musik yang cukup meriah wow …..tunggu saja tanggal mainnya, nanti akan saya kirimi fotonya yah….
Hari Minggu pagi saya ikut misa dengan Pastor Larry dan kedua teman sekelasku di Mount Carmel, sebuah nursing home atau panti perawatan untuk lansia, dengan sebuah mobil sedan Cherek warna hijau. Untuk ketiga kalinya saya ke sana. Misanya cukup singkat sekitar 35 menit, diikuti sekitar 80-an lansia yang kebanyakan pakai kursi roda, nampak ada seorang nenek yang menggendong seekor anjing piaraannya berwarna putih, dan ada pula nenek yang duduk di kuris roda yang dibantu oleh para anak-anak muda volunteer dari High School. Acara rohani di nursing home itu cukup terjaga, bayangin aja nanti sore mereka juga ada doa rosario…maka tempat yang menjamin hidup jasmani dan rohani bagi para lansia yang sudah tidak tinggal di keluarganya…memang ini trend di negara ini. Selesai misa kami belanja sedikit di Pick’n Save sebuah supermarket, saya beli Indomie satu harganya 0.38 $ dan teman saya Mario beli makanan Mexico seperti Tortilla dan ham….Sebelum misa saya sempat balas email Fr.Dharmawan yang lagi ada di Padang, semoga saat-saat sekarang kalian para tomer mampu membaca tanda-tanda zaman dengan mencari kehendak Allah….saya selalu bersedia membalas pertanyaan kalian sehubungan dengan Teologi Internasional sesuai pengalaman saya …. Apa adanya.
Saya akhiri kabar minggu kedua Februari 2003 ini dalam udara luar yang cukup cerah dan sinar matahari yang terang benderang di pukul 11.45 siang ini dengan suhu udara sekitar 12 derajat Fahrenheit setara dengan minus 11 derajat Celsius, memang dingin sekali di luar sana, namun salju tidak juga turun lagi dan hanya tersisa sedikit salju di pekarangan luar….
NB. Saran – kritik dan pertanyaan apa pun ttg tulisan ini akan saya tanggapi dengan santun dan apa adanya, terima kasih.
Salam dan doa saya selalu :
Frater Denny Wahyudi,sx
3. Hari Minggu Biasa VI, 16 Februari 2003
Saya baca dari internet bahwa Jakarta dilanda banjir lagi, bagaimana keadaan sebenarnya di Cempaka Putih dan tempat lain ? semoga tidak separah tahun lalu…aku di sini juga bisa mendengar siaran radio Sonora-Jakarta dari internet…wah jadi semakin sempit dunia ini yah…
Hari Rabu 12 Februari di SHST ada misa pukul 11.00 seperti biasa dengan ritus Hispano-Mozarabico, yaitu tata cara liturginya dengan bahasa Latin, banyak lagu dan butuh waktu sejam untuk misa. Susunan misanya sangat berbeda dengan misa biasa. Karena lagu-lagu dan semua doa dalam bahasa Latin dan dinyanyikan dengan sangat merdu bagaikan balatentara surgawi berkidung, membuat saya juga merasa terlelap…mengantuk.
Pada hari Selasa sempat turun salju cukup lebat, sehingga halaman sekitar kembali dipenuhi dengan salju, namun setelah itu tiap hari kembali disinari matahari dengan cukup cerah, membuat salju terkikis, tersisa sedikit…
Tanggal 14 Februari adalah hari Valentine Day, di ESL-Program tempat saya belajar English ada sedikit acara kuis seputar sejarah hari Kasih Sayang ini, lalu menghias kue Valetine dan masing-masing dapat sebungkus coklat bermacam-macam. Kami juga punya teman baru seorang seminaris bernama Fernando dari Colombia. Ia masuk di level inermediate. Memang belum diperkenalkan secara resmi, maka ketika aku bertanya padanya : “What is your congregation or dioces ?”, lalu ia menjawab dengan bahasa Spanyol-nya yang aku kagak tahu…untung ada temanku Chuy yang menyatakan aku bukan dari Amerika Latin…mungkin dia pikir aku sama seperti yang lain berasal dari sono…. Teman sekelas kami yang bernama Carlos dari Guatemala memutuskan untuk mundur dulu sementara karena alasan kesehatan, maka ia kembali ke negaranya, Guatemala, ia adalah calon imam projo keuskupan Gaylord-Michigan (USA). Teman-teman di ESL kebanyakan berbahasa Spanyol, maka ketika mereka istirahat selalu berbahasa Spanyol diantara mereka, yang bagi saya kagak masalah, memang saya juga tahu, tapi hanya sedikit sekali, pikirku bahasa Spanyol menjadi “STL” (Spanish as Third Language), selain ESL = English as Second Language.
Hari Jumat malam aku diajak oleh Romo Sunardi, scj untuk makan malam di China Buffet lalu nonton bioskop ‘Daredevil’, banyak cerita dari dia, setidaknya membuat saya ingat praktek bahasa Indonesia saya. Dia banyak cerita soal psikologi, diantaranya : kata apa yang sering diucapkan oleh anak-anak Amerika di sini ? Dia bilang : ‘NO’ and ‘Mine’, dan katanya di USA ini orang cenderung diam-diam ketakutan secara pribadi, keluarga hingga tingkat negara…bahkan di mall tempat kami nonton bioskop malam itu juga dijaga polisi yang lagi patroli. Romo Sunardi ini adik kelasnya Romo Ruby,sx waktu di Yogya, dan ia sebenarnya visanya sudah habis tahun 2002,maka belum tahu apakah dia nanti setelah lapor ke INS harus kembali ke Indonesia bikin visa student lagi atau boleh diperpanjang di sini. Ia belajar psikologi analisa rencananya sampai S-3, dan lagi giat-giatnya belajar. Ia datang di USA ini tahun 2000, dan kuliah di Marquette University di Milwaukee.
Hari Minggu saya diajak seorang seminaris Vietnam bernama Lam berusia 52 tahun, ia juga kuliah di SHST tahun kedua dan wajahnya nampak lebih muda daripada usianya, ia calon imam sebuah keuskupan di Florida-USA. Kami berlima menuju Gereja St.Anthony sekitar 15 menit perjalanan dari SHST. Misa berbahasa Vietnam, namun romonya yang mimpin seorang bule OFM, pakai bahasa Inggris, tapi umatnya menjawab dengan bahasa Vietnam. Tak satupun aku tahu kecuali kata ‘Amin’. Lagu-lagu Vietnam ini mirip sekali dengan pola lagunya di biara Budhis Ancol ketika mereka chanting (berdoa sambil bernyanyi)…setelah misa kami menuju aula untuk ikut latihan menari barong sai ala Cina untuk pertunjukan follies di SHST 28 Februari nanti. Ada seorang anak muda bernama Jong yang melatih kami (saya, Lam, Paul Butler, Jose dan Ruben masing-masing dari Indonesia, Vietnam, USA, Mexico dan Colombia, semuanya seminaris), wah sungguh capek banget, karena dasar tariannya Kung Fu,maka butuh kuda-kuda dan nafas serta stamina yang kuat. Saya sendiri merasa kurang kuat dalam stamina, maka butuh banyak latihan…nampaknya sederhana tapi butuh energi…selesai latihan kami ditraktir makan siang oleh Lam di China Buffet, sama tempatnya seperti kemarin malam saya diajak makan malam oleh Romo Sunardi,scj. Dalam misa Vietnam yang diikuti sekitar 100-an umat Vietnam itu, juga ada sekitar 3 suster Dominikan Vietnamese dan 9 postulan, tinggal di dekat gereja St.Anthony.
Hari Minggu sore setengah tujuh kami sekomunitas plus P.Eugenio, imam diocesan bertugas di Paroki Sacred Heart makan malam di “Old Country Buffet”, untuk bayar saja harus ngantri, dan tiap orang tarifnya $8.75. Untuk ketiga kalinya dari hari kemarin aku makan di rumah makan buffet, lagi-lagi makan wah membuat perut terasa penuh dan makin besar saja…aku mengingat tgl 12 kemarin adalah tepat tiga bulan aku tiba di USA ini, dan tgl 15 adalah hari pertamaku tinggal di Franklin ini, maka setidaknya peristiwa makan-makan itu mengingatkan aku bahwa aku sudah 3 bulan di sini…apa yang sudah kudapat dan apa kekurangan yang harus aku perbaiki ? Ini menjadi permenungan tersendiri bagiku…semuanya adalah rahmat semata dari-Nya….syukur kepada Tuhan…
Besok adalah hari libur di USA karena President’s Day, maka kesempatan bagiku untuk mengerjakan PR yang sempat tertunda di hari-hari kemarin. OK, sekian dulu surat ketiga saya di bulan Februari ini, sampai jumpa minggu depan….
Salam dan doa saya :
Frater Denny Wahyudi,sx
4. Hari Minggu Biasa VII, 23 Februari 2003
Email ini aku kirimkan di hari Minggu pagi pukul 10.18 di tanggal 23
Februari 2003 setelah pulang dari misa pukul 7 di gereja St.Carolus
Borromeus bersama Pastor Larry, udara di luar cerah dengan sinar
matahari
pagi, namun udara begitu dingin, dengan suhu minus 9 derajat Celsius
atau 16
Fahrenheit.
Hari Kamis, 20 Februari, dengan cahaya matahari yang bersinar cerah,
kami 13
orang dari ESL (sekolah English) melakukan field trip mengunjungi MAM
(Milwaukee Art Museum). Museum ini cukup megah dan mewah dengan gaya
arsitektur modern. Hal yang menarik pukul 12.10 kami dari seberang
gedung
ini menyaksikan atap museum terbuka seperti sayap raksasa berwarna
putih,
dan memang hampir semua gedung luar dan dalam berwarna putih. Kami
meyaksikan pula bermacam seni kuno dan modern dari berbagai negara
dalam
museum itu. Beda museum di USA dan Eropa seperti Italia yang pernah aku
kunjungi : di Eropa terlalu banyak museum dan peninggalan sejarah,
tempatnya
terbatas karena banyak sekali karya seninya, sebaliknya di USA ini
gedung
museumnya terkesan megah dan mewah karena memang baru dan isinya hanya
minim
karena mereka juga mengambil karya seni dari Eropa seperti museum
Cloister
di New York dan tempat atau ruangannya lebih besar daripada
perbendaharaan
karya seninya. Museum ini berhadapan dengan danau Michigan, yang nampak
permukaan airnya membeku jadi es, terbentang luas seperti di kutub atau
Eskimo. Siang hari kami makan siang di restauran Thailand (Buffet),
yang
makanannya tidak jauh beda dengan Indonesian food.
Sepulang dari field trip, saya mencoba untuk donor darah di SHST,
karena
sudah 6 bulan saya tidak mendonorkan darah saya. Biasanya saya 3 bulan
sekali di Jakarta menyumbangkan darah saya di PMI-Kramat Raya (dan saya
masih menyimpan kartu donor darah saya bergolongan O, yang sudah 28
kali
selama 7 tahun), tapi karena di USA ini saya baru, jadi mendonorkannya
pun
lambat, ini pun program dari SHST tiap 6 bulan untuk semua yang mau
donor,
maka kesempatan baik untuk saya. Prosedurnya jauh lebih rapi dengan
alat
lebih canggih dibandingkan di Indonesia. Yang mengisi formuir petugas
dengan
wawancara mengisi daftar isian, yang lebih banyak daripada ketika saya
interview di INS. Saya diwawancarai oleh petugas seorang perempuan
kulit
hitam, ada satu pertanyaan yang saya tidak paham, tapi karena dia butuh
jawaban, maka dia mengulang-ulang sampai saya putuskan jawabannya YA
atau
Tidak. Pertanyaan di formulir itu lebih detail dan juga diperiksa saya
dari
negara mana, lalu dilihat bahwa Indonesia mempunyai potensi penyakit
malaria,namun karena ia lihat saya dari Jawa, maka tidak punya potensi
malaria, dan akhirnya diperbolehkan mendonorkan darah. Yang berbeda
disbanding di Indonesia adalah: tidak ada penimbangan berat badan,
tidak ada
pertanyaan golongan darah apa atau test untuk itu; mungkin akan
diperiksa di
laboratorium mereka sendiri, dan akhirnya akan dikirimkan kartu donor
saya
ke alamat saya 2 minggu setelah donor. Diukur suhu badan dengan alat
seperti
colokan yang dimasukkan ke mulut saya di bagian bawah lidah, dan
ketelitian
mereka sungguh saya akui untuk menjaga darah yang tidak layak seperti
mengandung virus AIDS atau penyakit menular lain, lalu selesai donor
tidak
disuruh makan indomie + telur + susu atau teh seperti di Indonesia,
tapi
tersedia sari buah berbentuk cairan, kue atau biscuit yang boleh ambil
sendiri di meja. Petugasnya cuma dua orang, seorang perempuan bagian
pengisian data dan wawancara dan seorang laki-laki kulit hitam juga
bagian
pelaksanaan donornya. Akhirnya semuanya lancar dan saya tinggal tunggu
saja
kabar dari mereka apakah darah saya masih bisa didonorkan lagi….
Di kelas English kami juga menonton video yang berjudul “My Big Fat
Greek
Wedding” yang menarik dan lucu. Sebelum diputar guru kami memberi
daftar
kosa kata yang dipakai dalam film ini. Di film ini ada subtitle
(tulisan
bahasa Inggris yang diucapkan di film), jadi mudah untuk memahaminya.
Film
ini mengisahkan seorang gadis Yunani yang terlambat nikah, namanya
Toula,
sampai orang tuanya merasa kuatir. Namun akhirnya gadis keturunan
Yunani
kelahiran USA ini mengubah penampilannya menjadi lebih menarik,
sehingga ada
seorang cowok bule Amerika, namanya Ian, yang naksir dan sama-sama
suka,
akhirnya mereka menikah. Ada perbedaan latar belakang keluarga mereka
yang
pertama-tama sulit diterima oleh pihak keluarga gadis, namun akhirnya
si
cowok itu dibaptis di gereja Yunani dan dijadikan pengantin gaya Yunani
dengan semarak pesta ala keluarga Yunani yang meriah dan banyak
keluarga
yang datang. Ini sangat berbeda dengan budaya keluarga si cowok yang
hanya
punya satu putra dan tanpa agama sebagai perwakilan budaya Amerika,
yang
juga individualis, tenang tidak seekspresif keluarga Yunani itu.
Hari Jumat, 21 Februari saya memberikan presentasi di hadapan para
teman
ESL semua, dengan judul ‘Prayer is a waste of time’. Seperti sudah saya
jelaskan sebelumnya ini tema provokatif yang diminta jadi saya pilih
ini,
meskipun sebenarnya isinya mengajak saya untuk lebih meningkatkan mutu
doa
dengan kesadaran penuh tidak hanya di luar atau di mulut saja. Hasilnya
yah
lumayan…karena memang saya sudah siapkan sebelumnya, maka sekitar 10
menit
saya sampaikan dengan penuh antusias, dan guru saya menilai excellent,
tapi
saya masih belum puas karena masih ada kata atau kalimat yang aku
keliru,
ini bisa saya lihat di rekaman video yang menyooting presentasi saya.
Dari
kaset video ini saya bisa membuat evaluasi plus dan minusnya. Memang
agak
grogi karena struktur bahasa yang harus benar dan di hadapan semua
teman….sebenarnya saya punya demam panggung, tapi karena sudah terbiasa
waktu di Jakarta bicara di hadapan anak-anak, orang tua, dsb, maka
setidaknya ini semua memberi bekal percaya diri bagi saya. Cuma yah
karena
bahasanya lain, maka saya harus kerja lebih keras untuk ini. Untuk
program
selanjutnya kami akan membuat homili atau khotbah lalu akan
dipresentasikan
juga. Paper saya ini akan saya lampirkan di attachment.
Hari Minggu siang ini P.Ivan dan P.Benzoni akan datang di komunitas
kami.
Hari Selasa mereka akan pergi ke komunitas teologi di Chicago dan
minggu
depan akan kembali ke Franklin selama 3 hari.
Saya menerima SEMIX dari Pastor Franco, dan saya senang mengetahui
informasi seputar kita di Indonesia….maka saya ucapkan terima kasih
sekali
lagi untuk ini….Kami (saya dan Petrus) juga menulis surat untuk Romo
Priyono
di Brazil yang kami titipkan pada Pastor Vasco yang akhir bulan lalu
pindah
ke Brazil. Romo Priyono sudah terima dan ia kirim fax ke Petrus di
Chicago.
Sarana internet di sini memang membuat saya agak berlama-lama di
komputer,
selain menulis tugas dari sekolah saya juga melihat berita di Indonesia
dan
saya mencari ttg ESL (English as Second Language), dan rupanya banyak
situs
yang menawarkan latihan English. Jadi saya pikir bahwa belajar English
bukan
hanya di sekolah tapi juga dari inisiatif saya sendiri dengan sarana
yang
ada. Saya bisa latihan soal-soal English di internet seperti soal
TOEFL,
cara menulis essay yang baik, joke serta rahasia berbahasa Inggris
(minggu
depan akan saya kirimkan). Sebagai sharing saja bahwa website berikut
ini
sangat membantu latihan soal-soal English (TOEFL) :
http://buckoff.topcities.com/toefl_listening_scripts.htm atau cukup
http://buckoff.topcities.com/ bisa dilihat variasinya yang berisi
grammar,
reading comprehension dsb…(saya kira ini sangat bagus untuk latihan di
novisiat dan pranovisiat atau para frater di cempaka putih, karena
banyak
sekali latihan soal yang pasti akan membantu kita lebih maju dalam
English.
Saya sendiri akan usahakan untuk tiap hari latihan ini, sebelum ujian
TOEFL
bulan April nanti. Selain itu program ini juga ada chattingnya, dan
hari
Jumat lalu aku coba dan baru kali ini saya paham dan tahu … o begitu
yang
namanya chatting. Saya coba sekali dan akhirnya saya punya 3 teman baru
lewat komputer yaitu : Sandy alias Yang tian tian di Shanghai-China,
Chuck
di South Dakota dan Deborah alias tata di Sao Paulo- Brazil. Memang
kalau
terlatih untuk bercakap-cakap dengan bahasa Inggris meskipun lewat
tulisan…akan membuat terbiasa dan tidak kaku lagi, namun juga buruknya
membuat saya lupa waktu terlalu lama di chattingnya. Namun demikian
saya
berusaha untuk mengambil makan positifnya, bahwa saya hanya sekedar
ingin
mempraktekkan bahasa Inggris saya, meski juga senang punya teman baru
dari
negara lain. Saya biasanya memperkenalkan diri apa adanya, saya calon
imam
misionaris yang tinggal di USA untuk belajar English dst…malahan Sandy
seorang gadis berusia 24 tahun dari Shang-hai mengakui dirinya tidak
beragama dan baru memahami atau tahu kalau dalam agama Katolik imamnya
selibat, berkaul…dst…di akhir surat ini akan saya lampirkan kiriman
email
kedua teman itu, sebagai jawaban mereka atas kiriman email (beserta
foto
bersama anak-anak sekolah, dsb) saya kepada mereka. Dan Chuck adalah
seorang
katolik dari Saouth Dakota berusia 52 tahun, tidak menikah tapi bekerja
sebagai pekerja social dan yang mentraining para pekerja social
menangani
orang sakit, dsb. Ia dari Huron-SD, dan mengirim puisi ttg cowboy yang
berkaitan pula denga tema presentasi saya …maka berikut ini email
mereka :
Sekian surat saya terakhir di bulan Februari 2003, salam dan doa saya
selalu :
Frater Denny Wahyudi,sx
From: "sandy young" <http://us.f108.mail.yahoo.com/ym/Compose?To=sandycn1@hotmail.com&YY=59178&order=down&sort=date&pos=0&view=a&head=b>
To: http://us.f108.mail.yahoo.com/ym/Compose?To=acdw74@yahoo.com&YY=59178&order=down&sort=date&pos=0&view=a&head=b
Subject: Re: hallo it's me denny wahyudi...nice to meet you friends.
Date: Sat, 22 Feb 2003 06:02:02 +0000
Dear Denny,
Glad to receive your note so soon.i looked at the pictures very
carefully,you are a guy with sunshine,i think,people around you would
like
you and the children are really lovely from the picture.you are like
fujian
people in china from your picture,fujian is a south province in china.
when i was in my high school, i read a novel ,written by an australia
author, sorry,i forget the name of the book,which story is about a
marvellous priest,i like this story and from then on i had some opinion
on
priest-----the sacred vocation. and your four vows which you told me, i
remembered though i have no religion.
wish your dreams all come ture in the future.
Sandy
Date: Sat, 22 Feb 2003 07:44:38 -0600
From: "charles joseph mahowald" <http://us.f108.mail.yahoo.com/ym/Compose?To=chuckmahowald@santel.net&YY=59178&order=down&sort=date&pos=0&view=a&head=b>
To: "Deni Auuu" <http://us.f108.mail.yahoo.com/ym/Compose?To=acdw74@yahoo.com&YY=59178&order=down&sort=date&pos=0&view=a&head=b>
Subject: [Fwd: Good Cowboy Poem - Fun read!]
Hi, Denny. I enjoyed talking with you yesterday in the English
chatroom. Thank you for the nice pictures. I'm sorry I don't have any
to
send in return.
I thought you might enjoy this "cowboy poem" that I'm sending. It is
the first post in this thread. Hope you enjoy it! Bye for now.
Chuck Mahowald
Subject: Good Cowboy Poem - Fun read!
From: katlaughing
Date: 20 Feb 03 - 02:24 PM
My daughter sent this to me this week. No author credited. Anyone
recognise
it? It's a good one, IMO:
There's something about "Cowboy Poetry"...
Jake, the rancher, went one day
to fix a distant fence.
The wind was cold and gusty
and the clouds rolled gray and dense.
As he pounded the last staples in
and gathered tools to go,
The temperature had fallen,
the wind and snow began to blow.
When he finally reached his pickup,
he felt a heavy heart.
From the sound of that ignition,
he knew it wouldn't start.
So Jake did what most of us would do
if we had been there.
He humbly bowed his balding head
and sent aloft a prayer.
As he turned the key for the last time,
he softly cursed his luck.
They found him three days later,
frozen stiff in that old truck.
Now Jake had been around in life
and done his share of roaming.
But when he saw Heaven, he was shocked--
-- it looked just like Wyoming!
Of all the saints in Heaven,
his favorite was St. Peter.
(Now, this line ain't needed
but it helps with rhyme and meter)
So they set and talked a minute or two,
or maybe it was three.
Nobody was keepin' score --
-- in Heaven time is free.
"I've always heard," Jake said to Pete,
"that God will answer prayer,
But one time I asked for help,
well, he just plain wasn't there."
Does God answer prayers of some,
and ignore the prayers of others?
That don't seem exactly square --
-- I know all men are brothers."
"Or does he randomly reply,
without good rhyme or reason?
Maybe, it's the time of day,
the weather or the season."
"Now I ain't trying to act smart,
it's just the way I feel.
And I was wondering', could you tell me --
-- what the heck's the deal?!"
Peter listened very patiently
and when Jake was done,
There were smiles of recognition,
and he said, "So, you're the one!!"
"That day your truck, it wouldn't start,
and you sent your prayer a flying,
You gave us all a real bad time,
with hundreds of us trying."
"A thousand angels rushed,
to check the status of your file,
But you know, Jake, we hadn't heard from you
in quite a long while."
"And though all prayers are answered,
and God ain't got no quota,
He didn't recognize your voice,
and started a truck in North Dakota."
BETTER KEEP IN TOUCH
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment