DESEMBER 2002
1. Minggu, 01 Desember 2002
Hallo jumpa lagi bersama saya, Denny Wahyudi yang mau menulis sedikit kisah selama seminggu ini. Sekarang masih hari Minggu Advent I, 01 Desember 2002 pukul 21.00 waktu Franklin Milwaukee. Suhu udara di luar sana katanya menurut ramalan sekitar minus 5 derajat Celsius, tapi belum ada salju. Baiklah sekarang aku mau cerita bahwa selama seminggu ini pengalaman yang paling berkesan bagi saya adalah pengalaman sakit tepatnya ‘masuk angin’. Ini saya alami pada hari Selasa lalu, yang merupakan hari terdingin bagi saya di Amerika ini, e ternyata memang saya sakit…jadi kedinginan. Hari Selasa itu adalah hari terakhir sekolah, namun aku paksakan untuk dapat mengikuti sampai selesai hingga pukul 2 siang, meski rasanya sudah mau pingsan…tapi untunglah aku masih bisa bertahan. Sampai rumah aku langsung minum obat dan tidur. Namun aku tidak bisa tidur nyenyak karena badanku yang tadinya kedinginan sekarang berubah jadi kepanasan….wah baru kali ini aku sakit menderita seperti ini di negeri orang lagi…tapi sekali lagi aku bisa bertahan dan lewat, aku masih bisa turun ikut doa sore dan makan malam meski nafsu makanku benar-benar hilang, hanya makan sedikit dan tidur lagi. Pengalaman sakitku ini menjadi keprihatinan para pastor di sini, itu yang membuatku tidak menderita sendiri, karena Pastor Victor Mossele dan Pastor Alfredo Turco selalu memberikan obat yang terbaik bagiku, bukan hanya obat dalam arti sesungguhnya yang terutama diberikan oleh P.Victor tapi perhatian dan ‘care’ nya kepada saya…juga para konfrater yang lain…membuatku cepat sembuh. Obat dari P.Victor adalah anggur yang direbus sampai hilang alkoholnya, dengan membakarnya dan keluar api biru sebagai tanda hilangnya alcohol dan juga aspirin dan permen halls juga obat gosok. Ternyata obat itu hanya mempan sebentar saja, aku masih sakit dan pegal serta pening sekali kepalaku…maka aku gunakan jurus lamaku yaitu : “KEROKAN”, soalnya aku sudah tak tahan lagi maka hari Rabu malam aku kerokin sendiri sekujur tubuhku, dan besoknya aku merasa segar dan sehat kembali perlahan-lahan. Para konfrater di sini pada heran dan terkejut campur bingung kali melihat sekujur tubuhku yang penuh dengan noda merah seperti habis dicambuki….dan mereka baru mengerti itulah cara pengobatan yang berasal dari ‘oriental’ (timur)…dan sesuai dengan tubuhku…P.Victor memaklumi hal itu.
Hal lain yang menarik bagiku adalah pada hari Kamis terakhir bulan November adalah hari Thanksgiving Day, hari khusus bagi Amerika Serikat untuk merayakan ucapan syukur atas apa saja…ada sejarahnya…dan biasanya ada tradisi makan ayam kalkun. Dan pada hari itu tgl 28 Nov, seluruh anggota komunitas Teologi dari Chicago ikut bergabung di komunitas Franklin ini (mereka sekitar 12 orang). Hari Jumat disusul dengan rekoleksi pendek yang dibawakan oleh Pastor Larry dengan tema ‘consecrated life’, dan aku beranikan untuk sharing sesuai kemampuan English ku…intinya aku kasih tahu mereka bahwa tahun ini sudah dikirim 6 xaverian Indonesia ke berbagai negara yang berbeda mulai bulan Agustus Frater Maryono dan Setyawan ke Mexico dan puncaknya bulan November yaitu : saya ke Amerika Serikat, Romo Yakob ke Paris, Romo Suhud ke Inggris dan Frater Utomo sebagai juru kunci ke Parma-Italia (dan masih bulan November juga). Lalu aku katakana bahwa segala kesusahan pencarian visa, kehilangan I-20 di Roma, ketinggalanku belajar bahasa selama 2 bulan dibandingkan kedua temanku dari Mexico sehingga aku harus banyak berjuang, dan sakit ku selama 2-3 hari di negeri asing ini…kuberi makna bahwa Tuhan punya rencana lain atas hidupku dan Dia masih tetap berkarya atas diriku meksipun di luar dugaanku, dan kuringkas dengan mengutip Roma 8:28…”We know that all things work together for good for those who love God, who are called according to his purpose”.
Hal ketiga yaitu bahwa sore tadi kami diperkenankan menonton teater “Christmas Carol” karya Charles Dickens dengan pemeran utama yang bernama Mr.Ebenasar Scrooge, di gedung teater di down town-nya Milwaukee bersama teman-teman kursus English kami…wah sungguh indah dan menarik…namun aku masih keteteran untuk mengerti dan menangkap arti pembicaraan para pemainnya, tapi untunglah aku hari Selasa lalu sudah nonton videonya dulu di pelajaran Enlish kami…jadi aku mengerti alur ceritanya. Durasi pertunjukan ini dua jam dengan istirahat 15 menit.
Akhirnya saya ucapkan selamat menjalani masa Advent 2002 ini semoga kita semua orang yang berdosa ini sudi dan mau bertobat menuju kerahiman Allah Yang Maha Rahim, dan terima kasih selalu atas perhatiannya.
NB : Kalau mau lihat rumah kami di Franklin silahkan buka website kami …
www.xaviermissionaries.org
khususnya komunitas Franklin dan akan terlihat banyak gambar fotonya…tapi fotoku belum muncul di sana….
Dan alamat saya adalah :
XAVERIAN MISSIONARIES
4500 Xavier Drive
Franklin, WI 53132-9066
Phone : (414) 421-0831
2. Hari ini adalah hari Minggu malam masa Advent II, 08 Desember 2002 pukul 19.20 waktu Franklin-Wisconsin, USA. Suhu udara di luar menunjukkan –7 derajat Celsius, hari Senin lalu sudah turun salju agak lama, namun setelah itu tidak lagi, dan sekarang masih tinggal sisa sedikit salju di halaman.
Pesta Santo Fransiskus Xaverius pelindung misi dan tarekat SX di sini tidak diperingati secara khusus, hanya misa biasa pagi dan malam hari kami makan malam di Knight of Columbus, sebuah restoran sederhana, dan kami makan bersama para orang tua sahabat Xaverian dengan makanan yang dibawa oleh mereka. Setelah saya sakit minggu lalu, rupanya nafsu makan saya yang dulunya tinggi, sekarang saya tidak bisa lagi makan banyak, maka saya tidak mampu untuk makan kue. Yah itu mungkin makna sakit saya minggu lalu, biar saya tidak terlalu gemuk, saya bersyukur untuk hal ini…seakan diingatkan makan secukupnya, jangan terlalu kenyang…bisa nek dan malah tidak enak di perut. Sampai sekarang aku merasa seperti ini, makan tidak sebanyak waktu pertama kali saya tiba di Amerika. Yang pasti saya sehat-sehat saja sekarang.
Hari Rabu yang lalu saya presentasi di sekolah bahasa Inggrisku dengan tema Wayang Kulit dari Jawa, aku memakai blangkon dan baju ala Jawa yang aku bawa dan beli dari Malioboro, serta membawa miniatur wayang kulit sekalian dengan layar kecilnya, aku coba rekam suara musik gamelan dari internet dan berhasil melengkapi presentasiku yang dibatasi hanya 10 menit saja. Tapi cukup bagus dan sarana yang aku pakai cukup menarik, mereka para teman dan guruku Andrea senang. Menit terakhir aku matikan lampu dan aku coba peragakan wayangku…ooo bumi goncang-gancing langit kelap-kelap,….oooo dan tak sengaja lilin yang di hadapanku untuk penerangan wayang mati tertiup suaraku, dan selesailah pertunjukan singkat itu. Presentasi setiap orang direkam dengan video, maka aku bisa mengevaluasi diriku di rumah, di mana kelebihan dan kekurangannya, dan berguna untuk kesempatan tahun depan lagi. Wah lucu dan baru kali ini lho aku bisa melihat diriku di TV lewat kaset video rekaman presentasi itu.
Aku sempat juga hari Rabu itu menelpon Ibu Sian Lie yang sudah sampai di Colorado-USA mengunjungi anak-anaknya yang kuliah di sini, dan akan menyaksikan Lidia anaknya wisuda tgl 14 Des. Nanti. (Ibu Sian Lie adalah donatur dan sahabat SX, tinggal di Jakarta).
Hari Jumat adalah hari terakhir kami sekolah bahasa Inggris di Sacred Heart dan diisi dengan acara games dan graduation kedua teman kami yaitu dua pastor dari India yang masih muda, dan akan bekerja di Texas, lalu makan-makan dan nonton video. Hari Jumat ini adalah juga hari pesta St.Nicolas atau Sinterklas (tgl 6 Des), hari di mana aku melaksanakan janjiku untuk potong seluruh rambutku, ini niatku sejak di Jakarta dulu setelah tiba di USA, dan telah terlaksana dengan berhasil setelah makan malam dan rambutku dieksekusi oleh temanku Mario Toledo Guzman, Xaverian dari Mexico. Dan jangan kuatir tahun depan aku akan kirim fotoku lewat email ini, dengan kepala licin, seperti bhiksu Shaolin.
Hari Sabtu aku sempat nonton video ttg Hari Pemuda Dunia di Toronto-Canada tahun ini, bersama Paus Yohanes Paulus II dan dihadiri sekitar 800 ribu orang termasuk 600 uskup dan kardinal. Pastor Viktor yang memutar video ini juga ikut hadir menemani Uskup Biguzzi, uskup Xaverian yang berkarya di Afrika. Nampak Paus yang secara fisik sudah tua, namun masih bisa baca tanpa kacamata dan berbahasa banyak bahasa, dan diakhiri dengan Paus yang pergi naik helicopter hitam. Sampai jumpa lagi di Tahun Pemuda Sedunia di Koln (Cologne) Jerman tahun 2005.
Hari Minggu Adven ini aku ikut misa dengan Pastor Alfredo di panti jompo (nursing home) Mount Carmel, di sini ada sekitar 400 pasien, dan yang ikut misa sekitar 70-an orang, aku ikut membantu mendorong beberapa pasien yang duduk di kursi roda untuk ikut misa. Sore harinya pukul 3 aku dijemput oleh Mr. Ben dan anaknya Francis, menuju sebuah tempat yaitu perkumpulan orang Indonesia – Belanda, merayakan Santo Nicholas atau Sinterklas, hadir sekitar 50-an orang ada anak-anak, keluarga muda dan orang tua, memang nampak pembauran di sini, ada wajah Indonesia, wajah bule dan campuran, mereka kebanyakan yang tua sudah lama tinggal di Amerika dan pernah tinggal di Belanda, dan anak-cucu mereka sudah tidak tahu lagi bahasa Indonesia. Mr. Ben dan isterinya Netty Ridijk adalah teman baik Bapak Wiranto dan Ibu Linda (donatur dan sahabat SX di Jakarta) yang diperkenalkaan kepada saya oleh mereka sebelum aku berangkat ke Amerika. Aku disambut baik oleh mereka dan juga diantar pulang sampai ke rumah. Di sini orang tua pun masih nyopir sendiri, seperti Mr. Ben yang kelahiran Semarang dan berumur 69 tahun ini. Saya diperkenalkan kepada mereka semua oleh Mr. Ben dan ada Sinterklas dan Piet Item yang menghibur anak-anak, ini mengingatkan aku waktu kecil natalah di TK Widya Wacana, Warung Miri di Solo tahun 80-an. Agar aku tidak kelihatan terlalu botak, aku pakai peci warna hitam ciri khas Indonesia,dan sempat foto bersama mereka sebagai kenangan.
Hal lain : aku mencoba untuk menterjemahkan tulisan yang aku buat tiap Minggu malam dalam bahasa Inggris untuk latihan bagiku menulis yang benar, dan aku kirim lewat email kepada guruku, Mrs. Ruth untuk dikoreksi, juga waktu libur ini, dan aku senang melakukannya, semoga membantu aku untuk dapat menulis dengan benar dalam English. Kami akan libur dan baru masuk tgl 13 Januari tahun depan. Rencana seminggu depan ini nanti ada pelajaran tambahan dari ketiga guru tentang percakapan ala Amerika, tentang tradisi Advent di Amerika dan cara membaca KS yang benar. Mereka adalah guru atau aktivis dari paroki yang dimintai bantuannya mengajar kami oleh Pastor Alfredo rector kami. Juga Pastor Larry akan mengajar kami ttg Kitab Suci. Untuk beritanya akan aku kirim minggu depan ..OK ? Dan rencananya minggu depan 15 Des kami akan ikut komunitas Chicago untuk berlibur menuju Selatan hingga Florida…semoga menjadi pelajaran yang berharga bagi kami untuk mengenal lebih baik tentang Amerika dan sejarah serta kebudayaannya. OK, sampai di sini dulu, terima kasih atas kesediaannya membaca dengan sabar.
Salam dan doa dari saya selalu untuk Anda sekalian,
Frater Denny Wahyudi, sx
Franklin, 08 Desember 2002
3. Minggu Advent III, 15 Desember 2002. Aku menulis surat ini di hari Sabtunya, 14 Desember 2002 jam 21.00 dan aku kirim sebagai laporanku minggu ini kepada Anda sekalian yang terkasih……
Selama seminggu ini kami liburan di rumah saja, dan mendapat pelajaran tambahan dari 3 orang ibu yang datang ke sini dan juga Kitab Suci (bermacam tanaman yang dipakai di KS, “The Bible Healing Plants”) dari Pastor Larry Crosara. Ketiga ibu itu memberi pelajaran tentang cara membaca Kitab Suci yang baik atau sebagai lector, tentang percakapan sebagai pelayan dalam gereja katolik, juga tentang Advent, Natal dan Maria dalam berbagai macam tradisi di negara-negara yang berbeda termasuk Sint Mary, Lady of Guadalupe (Mexico). Pelajaran-pelajaran yang kami terima di rumah ini setidaknya mengisi waktu kosong kami, karena liburan sekolah.
Sesuai peraturan keimigrasian USA sejak 1 Oktober 2002, setiap pelajar atau yang datang sejak tanggal itu harus melapor atau registrasi ke INS (Immigration Natural Service) setelah 30 hari tinggal di Amerika ini. Tidak kecuali saya diantar P.Alfredo untuk laporan lagi di kantor INS di Milwaukee. Alhasil…aku diterima dengan sangat baik oleh seorang petugas laki-laki masih muda. Ia mengajak saya masuk ke ruangannya dan dengan omongan Inggris yang cepat sehingga aku tidak mengerti, yang kutangkap aku disuruh angkat tangan, maka kuangkat kedua tanganku, e ternyata salah tangkap maksudnya aku mengangkat cukup tangan kanan saja dan menyatakan bahwa aku akan berbicara secara benar, kedengarannya dia tanya gereja (church) lalu kujawab Catholic Church, e ternyata salah maksudnya berbicara benar (truth)…yah seperti mengangkat sumpah atau janji bahwa aku akan bicara benar dan tidak bohong, saat di interview…o begitu tho …baru ngerti saya. Lalu dia minta paspor dan surat bukti yang lain, dan ditanya tentang kegiatanku selama sebulan ini, sambil dia buka komputer dan layar monitornya mencari file saya dan akhirnya kedua ibu jari tanganku di cetak lagi di komputer (fingerprinted) dan difoto wajah saya masuk komputer… ia agak tertawa kecil karena di file sebelumnya wajah fotoku ada rambutnya dan sekarang aku gundul alias tidak berambut, dia hanya bilang..”you cut all your hair”…yes , saya bilang sambil tersenyum aku. Lalu berlanjut Tanya lagi : are you working here ? No jelas aku hanya sekolah saja sebagai calon pastor misionaris SX di sini, lalu Tanya lagi : Are you married ? Lalu aku jawab tegas NO, mungkin sengaja dia bertanya itu padahal sebenarnya sudah tahu kalau calon pastor Gereja Katolik itu tidak menikah. Tapi ia cukup sopan dan kooperatif, tidak galak seperti petugas konsulat di kedubes Amerika di Jakarta. Lalu akhirnya setelah dirasa cukup kurang lebih yah 30 menit prosesnya, ia jelaskan bahwa saya harus lapor lagi secara rutin setahun sekali tiap tanggal 12 November, juga tahun depan tgl yang sama saya harus lapor di INS cabang Chicago bila saya pindah dan sekolah di Chicago, juga waktu mau pulang atau meninggalkan negara AS harus lapor di INS di bandara tempat keberangkatan. Lalu dia bilang : Do you have any question ? dan aku tanya apakah dengan visa studentku selama 5 tahun ini aku boleh pulang cuti ke Indonesia selama 2-3 bulan setelah aku tinggal 3 tahun di AS ? Lalu dia lihat visaku dan melihat kode M berarti Multiple yang artinya aku boleh keluar dan masuk lagi ke AS dengan visa itu selama masih berlaku selama 5 tahun itu. O begitu terima kasih, dan aku tanya lagi di mana telpon umum terdekat di sini ? lalu dia berpikir dulu dan akhirnya menanyakan nomor telpon yang akan kutelpon karena barangkali di sekitar sini tidak ada telpon umum maka ia mau menolong saya untuk menelponkan pastor yang akan menjemputku pulang. Wah aku sungguh sangat berterima kasih kepada orang ini yang cukup ramah dan mau membantu aku….Thank you very much kataku, It’s no problem katanya. Lalu aku menunggu jemputan dan pulang dengan gembira, ternyata masih diperkenankan untuk tinggal di AS secara legal sebagai student atau mahasiswa. Thanks God.
Karena sebentar lagi adalah Natal, maka aku sempatkan diri untuk menulis kartu natal untuk para konfrater khususnya di rumah pendidikan SX di Indonesia dan juga para sahabat dan kenalan serta keluargaku. Katanya sekitar 15 hari baru sampai, semoga cepat sampai dan kalau belum saya ucapkan dulu Selamat Natal dan Tahun Baru yah.
Misa di Amerika ini sama seperti misa di Indonesia, bedanya kalau misa di paroki juga umat diperkenankan minum anggur tubuh Kristus saat komuni dan misanya rata-rata cukup singkat hanya satu jam. Hal lain di komunitas ini, para pastor pun punya kebiasaan untuk bekerja membereskan piring dan mencucinya setelah makan bersama, karena memang tidak ada pembantu jadi harus mandiri. Maka aku baru tahu bahwa Pastor Bruno Orru di Novisiat selalu membereskan piring dan lain-lainnya karena mungkin sudah menjadi kebiasaannya waktu di Amerika sini. Aku sudah sebulan di sini, kekurangan bagi saya adalah menambah kosa kata dan mengerti orang bicara, maka aku pakai cara dengan mendengar radio, televisi dan juga membaca surat kabar. Mungkin aku harus banyak lagi mencatat kosa kata yang aku tidak tahu. Aku merasa masih sangat sedikit penambahan kosa kataku, maka besok rencana akan bepergian dengan komunitas teologi Chicago ke daerah selatan dan mengunjungi banyak tempat bersejarah…inilah saat aku harus banyak belajar menulis pengalamanku itu dan juga kosa kata baru. Bagaimana kisah perjalananku itu yang rencananya selama seminggu….tunggu saja seminggu mendatang…
Sampai jumpa lagi dan selalu dalam doa serta salamku :
Frater Denny Wahyudi, sx
4. Minggu Advent IV, Minggu 22 Desember 2002
Hari Minggu lalu tgl 15 Desember, saya bersama kedua teman saya dari Mexico Chuy dan Mario diantar ke Chicago oleh Pastor Alfredo. Kami tiba di rumah teologi sx Chicago pukul 15.30. Lalu ada seorang frater sx yang mengajak aku untuk pergi ke down town of Chicago dengan mobil sedan merah Toyota corolla, mengembalikan kaset video yang dia pinjam, dan aku ikut dengannya sore itu. Sungguh suatu pengalaman yang sangat menakjubkan aku dan frater itu, apakah pengalaman itu ? Seperti dalam film saja, bahwa frater ini konsentrasi mencari tempat parkir sampai lupa akan tanda larangan tidak boleh belok ke kiri di perempatan lampu merah, namun ia melanggarnya dan tiba-tiba ada sebuah mobil sedan yang agak kencang menabrak mobil kami…begitu cepat kejadian itu sehingga membuatku tidak percaya bahwa telah terjadi tabrakan tepat di perempatan itu. Namun rupanya sekali lagi Tuhan masih memberikan rahmat yang luar biasa bagi saya dan teman saya itu, kami tidak mengalami luka apa pun. Mobil sedan itu menabrak sisi depan sedan kami yang mengalami kerusakan dan mobil itu hanya rusak spion kirinya. Bayangkan saja apabila mobil itu menabrak tepat di sisi kanan mobil kami tempat saya duduk, pasti aku terkena luka pecahan kaca. Namun aku percaya bahwa Tuhan masih tetap mencintai saya dan kejadian ini membuatku merenungkan apa maknanya bagi saya saat itu dan mendatang. Paling tidak membuat saya lebih berhati-hati seandainya saya nantinya harus nyopir mobil. Teman saya itu agak sedikit shock, tapi besoknya sudah normal kembali. Malam harinya kami makan masakan Lebanon dari restaurant untuk merayakan ultahnya Pastor Rocco rector teologi sx di sini. Karena P.Rocco harus mengurus kecelakaan kemarin, maka kami tidak jadi melakukan perjalanan ke selatan hari Senin. Hari Senin saya sempat ikut bersama frater lain untuk nonton bioskop “Die Another Day” James Bond yang tiketnya 9 US$, yang nonton sih tidak terlalu ramai malah sedikit saja. Hari selasa saya ikut frater Mexican (Victor dkk) ke sebuah gudang minuman dan bumbu-bumbuan milik orang Mexico, lalu makan malam di restaurant Mexico, dan mampir ke kenalan sebuah keluarga Mexico. Mereka bicara bahasa Mexico dan aku hanya mendengar saja, tanpa bicara, soalnya kagak tahu ngomong apa mereka.
Hari Rabu setelah misa pagi kami segera pergi melakukan perjalanan ke daerah Selatan tepatnya di Springfield. Kami pergi bersama sekitar 10 orang termasuk sopirnya yaitu Pastor Rocco dengan mobil van milik gereja St Therese tempat SX berkarya di Chicago (Chinese Town). Sampai di Springfield jam satu siang kami makan di restaurant China buffet, lalu ke museum tempat Abraham Lincoln, yaitu rumahnya ketika dia menjadi pengacara. Dia adalah president AS ke-16, rumah bekas dia tinggal tetap dirawat dengan segala isi rumahnya, kami masuk ke rumah itu dipandu oleh petugas yang menjelaskan. Lalu kami nonton film yang diputar di museum itu. Lalu ke museum of State Illinois. Malamnya kami nginap di hotel Motel 6 dan makan malam di Pizza Hut.
Hari Kamis kami melanjutkan kunjungan kami ke New Salem yaitu suatu desa tempat tinggal Abraham Lincoln, desa ini sungguh sangat asri dan dijaga serta dilindungi sebagai museum. Seperti desanya koboi di film-film, kami berjalan-jalan di daerah itu, sambil masuk dan melihat rumah-rumah zaman tahun 1800-an dengan peralatan hampir semuanya serba kayu. Lalu kami pergi ke makam Abraham Lincoln yang dijadikan museum, ia dikuburkan bersama pula istri dan anak-anaknya. Monumen ini cukup megah dan tinggi diantara kuburan yang cukup luas. Setelah dari Springfield kami pergi ke St.Louis (namanya diambil dari Raja Louis ke-9, Raja Perancis zaman tahun 1800-an), yaitu di tower yang berbentuk busur, namanya Gateway Arch yang tingginya 192 meter berbentuk busur. Bangunan ini sungguh antik dibangun dari stainless steel tahun 1965-an, kami masuk dan naik sampi puncak bangunan ini dan bisa melihat kota St.louis dari atas. Kami sempat pula menonton movie tentang kisah ekspedisi Louis and Clark. Bangunan ini berada dekat sungai Mississippi. Malam harinya kami pergi ke tempat peziarahan Bunda Maria milik OMI, Shrine Lady of Snow.
Hari Jumat kami makan pagi di Denny’s restaurant, lalu pergi ke museum suku Indian yang bernama Cahokia dengan bukit kecil (mound), merupakan tempat Cahokia hidup sekitar tahun 1200-an Masehi. Rupanya suku ini sudah hidup dengan menetap di sebuah pedesaan yang cukup tertata rapi, ada bukit mirip pyramid tempat ketua suku tinggal dan ada sungai yang mengelilingi daerah ini. Para arekolog menemukan daerah ini dan mencoba menguak misteri kehidupan suku asli Amerika ini. Dekat tempat ini ada pertemuan dua sungai yaitu Mississippi dan Missouri yang airnya juga berwarna coklat dan cukup lebar. Kami melanjutkan ziarah kami ke gereja katedral St.Louis yang baru di pusat kota. Gereja ini sungguh besar dan indah dengan mosaiknya yang berjumlah sekitar 60 jutaan keping dan ribuan warna. Kami makan malam di sebuah kota kecil dekat St.Louis yaitu St.Charles, yaitu di sebuah restaurant dengan model bangunan interiornya mirip cowboy di film Holywood.
Hari Sabtu kami misa pagi dan hari terakhir perjalanan kami. Kami pergi ke Meramec Caverns yaitu tempat penemuan stalaktit dan stalakmit yang sangat indah dengan gua yang cukup besar dan dalam kami dipandu oleh pemandu masuk ke dalam gua itu. Gua dengan batu-batuan alami yang sudah berusia ratusan ribu tahun ini sungguh indah dan alami, dengan bantuan sinar lampu yang berwarna-warni menambah kekaguman kami. Lalu kami balik ke St. Louis mengunjungi Old Courthouse yang ada di depan gedung berbentuk busur Gateway Arch dan ke gereja katedral lama yang dekat museum itu, dibangun oleh misionaris CM dari Perancis, karena waktu itu daerah ini yang berkuasa adalah Perancis (Raja Louis IX) dan akhirnya dijual kepada Amerika Serikat untuk biaya perang, sehingga daerah US semakin luas. Dan terakhir kami mengunjungi gereja tua yang dibangun tahun 1699 oleh misionaris CM, gereja ini waktu itu masuk keuskupan Baltimore. Begitu jauhnya padahl Baltimore di sebelah Timur, berjarak ribuan kilometer. Sore hari kami pulang meninggalkan kota St.Louis yang berjarak 282 miles, sekitar 450-an kilometer dari kota Chicago. Perjalanan kami sekitar 4,5 jam dan sampai di rumah pukul 10.05 malam. Sungguh perjalanan yang singkat tapi cukup berkesan, menambah pengetahuan saya akan sejarah Amerika, yang sangat menghargai sejarah masa lalunya. Terima kasih Tuhan atas segala pengalaman indah ini, yang sebelumnya hanya saya baca atau lihat di buku atau film.
Hari Minggu 22 Des ini saya ikut misa di gereja St.Thomas Rasul dekat rumah teologi di Chicago. Berkarya di situ pastor OCD. Gerejanya cukup besar dan umat yang cukup bervariasi : bule kulit putih, Negro amerika, Asia termasuk India dan Asia Timur. Yang menarik bagi saya adalah gereja Katolik di Amerika ini memperkenankan para wanita menjadi prodiakon yang membagikan tubuh dan darah Kristus kepada umat waktu misa. Bahkan mereka berjumlah lebih banyak daripada pria, paling tidak itu pengalaman saya pagi ini. Dan pastornya menerima komuni ikut baris dengan pembagi komuni lain dan menerima dari salah satu pembagi komuni itu secara bergiliran. Sungguh merupakan partisipasi umat dan kesatuan antara gembala dan para dombanya, “biarlah mereka menjadi satu dengan satu gembala”.
SELAMAT NATAL 2002
DAN
TAHUN BARU 2003
SEMOGA DAMAI NATAL SENANTIASA LAHIR DALAM HATI DAN HIDUP KITA SEMUA SEHARI-HARI.
Fr. Denny Wahyudi, sx
5. Suratku yang kelima dalam bulan Desember 2002
Senin, 30 Desember 2002 di rumah propinsialat SX di Wayne, New Jersey USA yaitu kantor Pastor Franco Grappli dan Judy sekretarisnya berada di basement rumah ini, aku menuliskan kisah pengalamanku berikut ini :
Hari Minggu malam 23 Desember aku bersama frater lain mengunjungi apartemen Raymond Gannon seorang mantan frater SX yang sekarang sudah bekerja di Chicago ini. Dia adalah seorang kelahiran USA ini. Aku hanya bekenalan dan mendengarkan saja pembicaraan mereka. Aku pernah tahu nama Raymond ini di stato del personale dan terbitan sx lain beberapa tahun lalu. Kabar lain juga bahwa Kanh seorang calon novis SX keturunan Vietnam yang tinggal sekitar 2 tahun di rumah teologi sx di Chicago juga memutuskan untuk keluar dari sx. Refleksiku bahwa memang panggilan sx di US ini memang pekerjaan yang sulit dan ada beberapa pastor sx yang berkarya untuk menjaring panggilan bagi para pemuda di US untuk jadi misionaris sx, setidaknya aku mendengar keluh dan kesah dari Pastor Viktor yang tinggal bersama kami di komunitas Franklin. Ia sudah memulainya sejak zaman dulu di US ini. Sampai saat ini kayaknya belum ada lagi frater sx yang asli USA ini. Kami para student sx berasal dari Indonesia 2 orang, Meksiko mayoritas sekitar 7 orang dan 2 dari Afrika, itu saja. Maka menjadi kebutuhan mendesak bagi sx di sini untuk menjaring panggilan untuk kelanjutan sx di propinsi sx ini, itu yang menjadi permenunganku.
Malam natal tanggal 24 Desember 2002 adalah malam yang sungguh bekesan bagi saya. Kami merayakan dengan cara mengunjungi 2 keluarga Mexico yang ada di Chicago ini. Saya bersama sekitar 10 frater lain berkunjung ke keluarga Mexican dan makan makanan Mexico dan minum tequila…rasanya kenyang, pulangnya masih diberi permen coklat lagi setiap frater satu kotak. Malam itu juga kira-kira pukul 7 malam turun salju di Chicago ini menambah semarak malam natal (White Christmas), soalanya sudah sekitar 2 minggu tidak turun hujan salju. Maka saya kira ini adalah malam natal penuh berkat dengan hujan salju. Tengah malamnya saya dan Petrus ikut misa di Gereja St.Thomas Rasul dekat rumah teologi di Chicago. Sebelum misa diawali dengan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh paduan suara yang begitu merdu dan professional, indah sekali. Lalu tepat pukul 12 malam dimulai misa. Misa usai sekitar 01.30 pagi dan kami berjalan di sepanjang jalan yang sudah dipenuhi salju yang lumayan banyaknya. Terima kasih Tuhan engkau sudah lahir di hatiku di natal pertamaku di USA ini, begitu indah malam natal ini yang Kaucurahi dengan salju lembut dan putih begitu indah menghiasi alam dan jalanan di Chicago ini.
Hari Rabu 25 Desember siang saya, Petrus, Adrian dan Horacio pergi ke downtown naik bus kota, maksud hati mau ice skating, tapi tutup. Maka kami jalan-jalan saja di pusat kota Chicago ini dengan suhu udara cukup dingin sekitar 32 derajat Fahrenheit atau 0 Celsius. Pulangnya kami naik kereta, dan ada peristiwa unik dan aneh bahwa di dalam kereta itu ada seorang pria hitam (Negro) yang mendekati kami sambil bernyanyi keras sekali, menyerukan bahwa ia benci orang Korea, Cina, Jepang dll. Ketika kami ngobrol malah dia bernyanyi lebih kencang, maka lebih baik kami diam saja sambil merenung dan mendengar dia bernyanyi keras….Aku juga agak sedikit khawatir dan takut, tapi karena kami berempat jadi rasa takutku mungkin hanya seperempat kali yah…Malam harinya ada acara tukar kado seharga 20 US$, aku dapat organizer mini. Sebelum tukar kado ada acara permainan yang cuku seru dengan dua grup yang berlomba. Semua frater dan pastor turut mengikuti games yang dibawakan oleh Horacio dan Alexis. Ada yang tidak puas sambil protes pada juri dsstt, pokoknya gamesnya sangat menarik seperti tebak kata, lomba makan roti …yang ini aku ikut tapi kalah melawan Kanh karena peraturannya harus menyisakan kertas roti, tapi aku makan roti bersama hampir semua kertasnya…memasukkan bolpen ke lubang botol, dst…Games selesai hingga tengah malam..Hari ini juga di pagi hari Pastor Lino Sgarbossa terbang ke Mexico mulai pindah ke propinsi SX di Mexico setelah sebelumnya bertugas di rumah teologi sx di Chicago selama kira-kira 13 tahun.
Hari Kamis 26 Desember aku bersama Petrus diajak Mbak Shafa dan anaknya Hasnan jalan-jalan ke downtown Chicago dan mengunjungi perpustakaan (Public Library) yang cukup besar dan bias pula pakai internet dan komputer gratis juga ngeprintnya. Maka email, internet yang di Indonesia harus bayar, di sini di negara yang maju dan makmur menjadi barang umum dan bukan mewah…itulah lain ladang, lain belalang, lain lubuk dan lain pula ikannya. Untuk jadi anggota perpustakaan dan pinjampun tidak dipungut bayaran, hanya isi formulir dan langsung dapat kartu anggota…aku belum bikin karena aku khan berdomisili di Franklin bukan Chicago lagi pula aku belum punya ID. Lalu kami ke daerah yang aku lupa namanya, pokoknya menjual banyak makanan dari Asia, makanan dari Indonesia seperti kecap ABC, Indomie dijual di toko-toko kecil milik orang China yang harganya sudah berlipat 3 sampai empat kali dari harga normal di Indonesia. Mbak Shafa yang studi untuk Phd dan juga ibu rumah tangga asal Yogyakarta ini belanja bahan makanan dan saya hanya menikmati saja pemandangan daerah itu yang khas Asia, baik orang-orangnya maupun apa yang dijual.
Hari Jumat, 27 Desember pagi pukul 07.10 kami (aku, Chuy dan Mario) dipandu oleh Pastor Larry Crosara dengan mobil sedannya meninggalkan Chicago menuju ke Timur yaitu Wayne-New Jersey rumah propinsialat SX di USA ini. Kami melewati banyak state (negara bagian) yaitu : Chicago termasuk Illinois, Indiana, Ohio, Pennsylvannia, New Jersey. Kami sampai di tujuan sekitar pukul 11.15 waktu setempat. Jadi jarak sekitar 800 miles atau setara sekitar 1300 an km itu ditempuh selama 15 jam, karena harus tersesat dan mencari-cari dulu Wayne selama 45 menit. Soalnya beda waktu New Jersey dengan Chicago adalah satu jam (lebih cepat New Jersey). New York city cukup dekat dengan Wayne ini sekitar 20-30 menit perjalanan dengan mobil. Yang nyopir mobil itu yah pertama pastor Larry selama 3 jam lalu berhenti digantikan oleh Chuy sekitar sepertiga waktu dan akhirnya Mario. Mereka berdua temanku itu dapat nyopir mobil dengan baik di jalan besar, jalan toll yang kecepatannya di atas 100 km perjam. Kami disambut oleh Pastor Ivan Marchesin propinsial SX di USA dan makan malam, lalu istirahat.
Hari Sabtu, 28 Desember pagi pukul 8 ada misa pagi di kapel rumah ini dan juga dihadiri oleh umat sekitar 12 orang semua orang tua. Setelah misa makan pagi bersama mereka pula di ruang makan sambil ngobrol, dan aku juga ikut omong sebisanya, katanya sih aku sudah lumayan bagus omongnya…ini kata orang atau tamu-tamu itu. Kupikir yah dari dulu kalau baca Inggris (pengucapan) aku memang senang dan lumayan bagus, tapi perlu menambah vocabulary dan grammarnya. Pukul 10 pagi Pastor Frank Grappoli adik Pastor Grappoli yang di Padang mengajak kami jalan-jalan ke pusat kota New York City. Kami melewati Broadway Street dan Harlem tempat orang kulit hitam dan Hispanic tinggal, bangunannya cukup tua dan terkesan agak semrawut mirip daerah Glodok, banyak pedagang di pinggir jalan dan lalu lintas yang cukup ramai. Sebelumnya kami mengunjungi museum yang namanya Cloisers, yaitu mirip biara tua (Benediktin) yang isinya barang-barang jaman abad pertengahan (tahun 1100-an hingga 1600-an) yaitu barang dari Eropa yang dibawa ke US untuk koleksi. Lalu kami diajak mengunjungi kantor pusat PBB (United Nations) , kami didampingi pemandu seorang gadis kayaknya orang China dengan gaya bahasa Inggrisnya yang fasih menjelaskan banyak hal ttg ruangan sidang PBB dan gambar-gambar serta barang-barang yang ada di kantor PBB itu. Sekitar satu jam kami menyaksikan PBB dari dekat khususnya tempat sidang PBB yang selama ini aku lihat hanya di Televisi atau surat kabar, kini aku bisa lihat secara nyata dan sempat pula berfoto dengan latar ruang sidang itu. Kini anggota PBB ada 191 negara. Sorenya kami mengunjungi Gereja Katedral St.Patrick…wah sekitar jalan itu sungguh sangat ramai dengan orang pejalan kaki menikmati keindahan dan suasana holiday (liburan natal)..cukup berjubel memenuhi pinggir jalan dan ada pula penjual makanan pinggir jalan yang kebanyakan orang Amerika Latin dan pemain musik jalanan dengan musik tradisional Indian. Gereja katedralnya pun cukup ramai dan berjubel pengunjung. Gereja katederal di St.Louis jauh lebih indah dan apik daripada katedral di New York City ini, soalnya di gereja St.Louis itu ada banyak mosaiknya. Pukul 4.30 sore hampir gelap kami sampai di Ground Zero tempat gedung WTC kembar (twin tower) runtuh ditabrak pesawat oleh teroris 11 September 2001 lalu. Daerah itu ditutup dan diamankan, tapi kami bisa melihat dari pagar, yang berkesan bagi saya adalah bahwa nama-nama para korban reruntuhan gedung itu dicantumkan di pagar dan dinamakan Hero, juga ada bekas reruntuhan gedung itu yang berbentuk salib, yaitu kayu yang berbentuk salib di atas dinding pinggir gedung itu, katanya sih itu sisa dari reruntuhan…benar atau tidak, aku hanya memandang dan memfoto salib itu. Banyak pula di daerah pinggiran jalan itu barang-barang yang ditempelkan di pagar untuk memperingati para korban, ada kaos, foto, doa-doa, rosario, dsb…
Hari Minggu 29 Desember adalah hari Keluarga Kudus Yesus-Maria-Yosef, misa pagi di gereja dekat sini yang dipimpin oleh Pastor Ivan Marchesin. Siang pukul 12.00 kami pergi diantar lagi oleh P.Frank ke sebuah pulau yang namany Liberty tempat patung Miss Liberty symbol kebebasan bagian dari New York State. Kami ke sana harus bayar 10 US$ per orang dengan pemeriksaan ketat layaknya kalau masuk negara US atau mengurus visa di Kedubes US di Jakarta, semua benda berbau logam harus masuk mesin detector. Lalu kami naik ferry menuju Pulau Ellis yang merupakan pulau bersejarah bagi para imigran dari Eropa sekitar tahun 1880an-1930an, yaitu tempat registrasi para imigaran Eropa jaman itu. Sebuah gedung besar di pulau itu khusus untuk pendaratan dan penampungan para imigran Eropa waktu itu, dan kini dijadikan museum yang sangat menarik dengan gambar dan foto serta barang-barang peninggalan para imigran. Ada pula monitor yang menunjukkan jumlah imigran asal Indonesia ke US ini berjumlah sekitar 39.000 orang yang kebanyakan tinggal di Los Angeles dan selebihnya di New York dan Texas. Kami juga menyaksikan video dokumenter di museum itu yang menunjukkan betapa susah derita para imigran waktu itu yang harus mengarungi lautan sejauh 3000 miles mencari kehidupan yang lebih layak di daratan US ini. Setelah di Pulau Ellis kami melanjutkan naik ferry ke Pulau Liberty dan mengelilingi patung liberty yang berwarna hijau itu karena terbuat dari tembaga dan tekena proses oksidasi. Saya sempat berfoto di hadapan patung yang merupakan symbol kebebasan bagi orang Amerika dan dunia itu. Pukul 5.20 sore kami kembali ke daratan sempat menyaksikan gedung-gedung pencakar langit New York City di seberang sungai yang begitu luas, sungguh mengesankan sekali seperti di film saja dengan lampu gedung-gedung yang nampak indah karena gelapnya malam sudah menghiasi angkasa. Katanya di seberang sana itulah gedung twin towers berdiri dengan megahnya sebelum runtuh diterjang serangan teroris. Hari-hari kami di New Jersey dan New York ini cukup indah karena matahari selalu bersinar terang di siang hari (The sunshine is very lovely). Malam harinya kami di rumah propinsial ini menonton video show tarian Irlandia dan juga musik ala Irlandia yang cukup menarik dan indah dengan suara sepatu berirama yang cukup cepat….wow it’s fantastic show…
Pagi ini hari Senin 30 Desember 2002 kami satu-persatu colloquium (wawancara) dengan pastor propinsial (P.Ivan) bicara beberapa hal ttg pribadi saya maupun hal lain. Intinya saya merasa diterima dengan baik penuh kekeluargaan itu yang saya alami sebagai berkat Tuhan. Dan siang hari ini pula kami makan siang di Restaurant Chinese dengan system Buffet, yang lumayan murah, 6 orang Cuma bayar 39 US$, jadi per orang sekitar 7 US$, masakannya macam-macam dan lezat. Ini murah dibandingkan kalau makan di McDonald biasanya makan hamburger dan coca-cola serta kentang itu sekitar 5 atau 6 US$. Mungkin besok kami akan melanjutkan perjalanan ke rumah SX yang keempat sebagai tempat kunjungan kami yaitu komunitas Holliston-Massachussetts di Boston, yaitu sebelah Utara Wayne ini.
Akhirnya saya mengucapkan SELAMAT TAHUN BARU 2003…salam penuh doa dan kasih dengan iman dan harapan menyongsong tahun mendatang …
Fr.Denny,sx di Wayne-New Jersey, dengan sinar matahari yang bersinar cukup terik….
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment